Berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu, dan menerima tamu merupakan pekerjaan yang hampir setiap hari kita lakukan. Islam sebagai agama sempurna mengatur atau memberi rambu-rambu tentang hal-hal tersebut. Bagaimana adab yang ditentukan Islam dalam hal berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu, dan menerima tamu?. Sebelum kita bahas lebih lanjut ada baiknya terlebih dahulu memperhatikan peta konsep pembahasan tentang Etika (Adab) dalam Hidup Sehari-hari Menurut Ajaran Islam.
1. Adab Berpakaian
Pakaian termasuk kebutuhan mendasar bagi manusia. Setiap hari dan setiap saat kita memakai pakaian. Pakaian yang dikenakan melindungi pemakainya dari panas, hujan, dan dingin. Setiap muslim dan muslimah dituntut untuk berpakaian sesuai dengan ajaran Islam. Seorang muslim atau muslimah dilarang mengenakan pakaian yang hanya mengikuti tren dengan mengabaikan aturan agama. Allah Swt. menjelaskan adab berpakaian dalam ayatnya yang artinya.
Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung. (Q.S. an-Nur: 30-31)
Adab berpakaian yang diajarkan Islam bagi wanita cenderung lebih ketat dari pria. Wanita muslimah dituntut untuk hanya menampakkan beberapa bagian kecil tubuhnya. Pada dasarnya pakaian bagi kaum pria hampir sama dengan wanita, yaitu menutup aurat. Akan tetapi, aurat pria lebih sempit dibanding dengan aurat wanita. Oleh karena itu, aturan berpakaian bagi pria lebih longgar.
Ada adab berpakaian yang perlu diperhatikan oleh pria dan wanita yaitu dengan mencermati hadis dari Abu Hurairah sebagai berikut.
Artinya: Rasulullah saw. melarang lelaki yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki. (H.R. Abu Daud)
Bagi umat Islam, pakaian memiliki beberapa fungsi sebagai berikut.
a. Fungsi Penutup Aurat
Fungsi pertama pakaian adalah menutup aurat. Fungsi sebagai penutup aurat merupakan fungsi paling mendasar dibanding fungsi-fungsi yang lain. Perintah berjilbab misalnya merupakan perintah untuk menutup aurat. Jika aurat tidak ditutup, dapat menyebabkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Berkaitan dengan fungsi penutup aurat, Allah Swt. berfirman seperti berikut.
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat (Q.S Al-A’raf: 27)
b. Fungsi Takwa
Fungsi kedua pakaian adalah fungsi takwa. Pakaian akan melindungi pemakainya baik secara fisik maupun psikis. Pakaian tidak dapat menyebabkan seseorang terhormat. Akan tetapi, pakaian dapat mendorong seseorang berperilaku terhormat, misalnya ketika memakai baju takwa seseorang akan terdorong untuk melakukan perbuatan yang terhormat seperti salat dan mengaji. Selain itu, pakaian dapat mendorong seseorang untuk mendatangi tempat-tempat terhormat.
Sebaliknya, pakaian yang sembarangan atau bahkan cenderung nakal akan mengundang masalah datang pada kita. Tatapan nakal akan segera menghampiri. Tidak jarang tindakan nakal juga akan mendekat.
Pakaian yang baik mendorong seseorang untuk berbuat baik. Dengan demikian, jilbab dapat menghindarkan pemakainya dari bencana. Misalnya terhindar dari gangguan orang iseng. Jilbab juga berfungsi sebagai liba-suttaqwa- yang mendorong pemakainya berperilaku terhormat.
c. Fungsi Penunjuk Identitas
Pakaian yang dikenakan oleh seseorang dapat menjadi penunjuk identitas bagi orang tersebut. Misalnya, anak yang memakai baju biru putih berarti murid sekolah menengah pertama (SMP). Seorang muslim diharapkan memakai pakaian yang dapat menggambarkan identitasnya sebagai muslim.
Pakaian yang dipakai terutama oleh seorang muslimah dapat menjadi penunjuk identitas, bahwa dia adalah seorang pemeluk Islam. Jilbab yang dikenakan oleh seseorang menjadi penunjuk bahwa dia adalah seorang muslimah.
2. Adab Berhias
Manusia tidak saja membutuhkan pakaian untuk menutup aurat. Manusia memerlukan pakaian sebagai perhiasan. Dalam hal ini pakaian berfungsi sebagai risyan. Pakaian tidak hanya berfungsi menutup aurat, tetapi juga dapat mempercantik atau memperelok pemakainya.
Jilbab dan busana muslim terus berkembang mengikuti mode. Jilbab tidak hanya sebagai penutup aurat tetapi juga sebagai sarana mempercantik diri. Berhias bagi manusia merupakan naluri. Akan tetapi, agama Islam memberi batasan agar seseorang tidak terjerumus oleh hawa nafsunya. Islam tidak ingin pemeluknya termakan oleh bujuk rayu setan.
Sejalan dengan fungsi pakaian sebagai penunjuk identitas, dalam berhias umat Islam harus memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri tersebut yang membedakannya dengan pemeluk agama lain. Berkaitan dengan materi yang kita bahas, Allah Swt. berfirman seperti berikut yang artinya.
. . . dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orangorang jahiliah dahulu . . . . (Q.S. al-Ahzab: 33)
Dalam ayat di atas Allah Swt. melarang umat Islam berhias seperti orang-orang jahiliah. Dalam hal berpakaian dan berhias umat Islam dilarang berlaku seperti orang-orang jahiliah. Umat Islam hendaknya berpakaian dan berhias yang dapat menunjukkan identitas sebagai muslim.
Ingatlah kembali kisah Adam dan Hawa di surga. Adam dan Hawa termakan oleh bujuk rayu setan. Mereka memetik dan menikmati buah terlarang. Aurat mereka pun terbuka dan ditutupi dengan daun-daun surga. Mereka pun terusir dari surga dan diturunkan ke bumi. Terdapat dua pelajaran yang dapat kita petik dari peristiwa yang menimpa Adam dan Hawa di surga.
Pertama, ide membuka aurat merupakan ide setan. Setan membujuk manusia agar membuka auratnya. Setan menyukai seseorang atau manusia yang membuka aurat. Kedua, Adam dan Hawa diusir dari surga sebab termakan bujuk rayu setan. Siapa pun yang terjebak oleh bujuk rayu setan akan menjauh dari Allah Swt. dan Dia akan memberi balasan sesuai amal perbuatannya.
Bepergian merupakan suatu pekerjaan yang hampir setiap hari Anda lakukan. Seorang yang bekerja di kantor melakukan perjalanan dari rumah menuju kantor. Pedagang melakukan perjalanan dari rumah menuju pasar dan seterusnya. Semua itu dilakukan hampir setiap hari. Secara umum adab dalam perjalanan yang diajarkan Islam sebagai berikut.
1. Mempersiapkan Bekal
Perjalanan yang dilakukan tidak hanya perjalanan dengan jarak yang dekat. Kadang Anda harus pergi ke luar kota untuk suatu keperluan. Perjalanan jarak jauh atau dekat yang dilakukan, persiapkan segala sesuatu yang diperlukan selama perjalanan. Persiapkan bekal berupa uang untuk keperluan Anda. Jumlah uang yang Anda bawa hendaknya disesuaikan dengan keperluan. Jangan terlalu sedikit atau terlalu banyak. Jika Anda bepergian dengan kendaraan umum, uang cash yang dibawa sebaiknya cukup untuk ongkos angkutan dan keperluan makan. Sisanya dapat disimpan di bank yang dapat diambil sewaktu-waktu. Bekal selama perjalanan juga harus dipersiapkan. Makanan atau minuman perlu dipersiapkan jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Anda dapat mempersiapkan dari rumah atau membeli dalam perjalanan. Hal ini dimaksudkan agar Anda tidak merepotkan orang lain dalam perjalanan.
2. Mempersiapkan Kendaraan dan Kelengkapannya
Kendaraan yang akan dipergunakan harus diperhatikan. Periksa kondisi kendaraan Anda dengan saksama. Periksa mesin, bahan bakar, kondisi ban, tekanan angin ban, rem, dan beberapa bagian lainnya. Bepergian dengan kendaraan yang tidak layak jalan dapat membahayakan keselamatan. Misalnya, bepergian dengan kendaraan tanpa rem dapat menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Jika mempergunakan kendaraan umum, sebaiknya Anda memilih angkutan yang layak jalan sehingga tidak mogok di tengah perjalanan. Kendaraan yang prima mendukung Anda sampai di tempat tujuan tepat waktu.
Jika kendaraan yang dipergunakan adalah motor, jangan lupa mempersiapkan helm. Helm yang dipakai harus memenuhi standar keselamatan. Helm harus pas di kepala, tidak terlalu sempit atau terlalu longgar. Tali pengikat helm juga harus mendapat perhatian. Selanjutnya, persiapkan sarung tangan. Sarung tangan akan menyerap keringat yang keluar selama perjalanan. Memakai sarung tangan menyebabkan tangan Anda tidak licin. Tangan yang licin dapat membahayakan keselamatan Anda. Jangan lupa memakai alas kaki dan jaket
Jika ada orang lain yang membonceng, persiapan di atas juga mesti dilakukan. Selain itu, jangan membawa beban yang melebihi kapasitas. Terlalu banyak membawa beban dapat mengganggu kenyamanan dalam berkendara.
Setelah kendaraan dalam kondisi siap jalan, cek kembali keperluan atau bekal yang dibawa. Pastikan badan Anda dalam kondisi prima untuk melakukan perjalanan. Periksa kembali surat-surat kendaraan seperti SIM (Surat Izin Mengemudi) dan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan). Berdoalah sebelum melakukan perjalanan untuk memohon perlindungan Allah Swt.
3. Memilih Pemimpin Rombongan
Adakalanya perjalanan dilakukan lebih dari satu orang. Dalam keadaan demikian, sebaiknya dipilih pemimpin rombongan. Perhatikan hadis dari Abu Hurairah r.a., yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Rasulullah saw. bersabda yang artinya.
Apabila ada tiga orang bepergian hendaklah mereka memilih seorang di antara mereka untuk menjadi pemimpin rombongan. (H.R. Ibnu Majah)
4. Mengutamakan Hari Kamis atau Pagi Hari
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah perjalanan sebaiknya dilakukan pada hari Kamis atau pagi hari. Adapun bepergian pada hari Kamis terdapat sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Ka‘ab bin Malik, ia berkata, "Jarang sekali Rasul saw. keluar untuk bepergian, kecuali dilakukan pada hari Kamis." Melakukan perjalanan pada pagi hari diharapkan sampai tujuan sebelum malam. Bertamu atau sampai di rumah pada malam hari dapat mengganggu istirahat tuan rumah atau keluarga. Perhatikan hadis dari Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:
Artinya: Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah berdoa, ”Ya Allah, berkatilah umatku pada waktu pagi hari.” (H.R. Ibnu Ma-jah)
5. Berdoa Sebelum Melakukan Perjalanan
Sebelum melakukan perjalanan sebaiknya berdoa terlebih dahulu untuk memohon perlindungan Allah Swt. Doa orang yang sedang dalam perjalanan akan dikabulkan selama tidak untuk berbuat maksiat. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmizi Rasulullah saw. bersabda yang artinya, "Ada tiga macam doa yang pasti dikabulkan, yaitu doa orang yang teraniaya, doa orang yang dalam bepergian, dan doa orang tua kepada anaknya." Selain itu, sebelum melakukan perjalanan jauh disunahkan untuk melaksanakan salat sunah dua rakaat.
6. Menaati Rambu-Rambu Lalu Lintas
Ketika berada di jalan raya perilaku sopan atau etika di jalan harus diterapkan. Kendarai kendaraan Anda di sebelah kiri dengan kecepatan sedang. Jangan memacu kendaraan Anda terlalu kencang atau terlalu pelan. Patuhi rambu-rambu lalu lintas. Jangan tergoda oleh pengendara lain yang melanggar lampu lalu lintas. Melanggar rambu-rambu lalu lintas dapat membahayakan keselamatan jiwa. Berilah kesempatan kepada kendaraan lain yang ingin mendahului.
Jika Anda ingin mendahului kendaraan lain, lakukan dengan sopan. Anda dapat memberi isyarat dengan membunyikan klakson atau tanda lain. Jangan mengerem kendaraan secara mendadak sebab berbahaya bagi keselamatan Anda dan orang lain.
Jika kendaraan umum menjadi pilihan, selama perjalanan Anda harus tetap memerhatikan sopan santun. Dahulukan kaki kanan ketika naik dan kaki kiri ketika turun. Jika ada ibu hamil, orang tua, atau orang yang membutuhkan bantuan dan Anda mendapatkan tempat duduk, ikhlaskan tempat duduk Anda untuk orang-orang tersebut.
7. Tidak Berbuat Kerusakan
Selama dalam perjalanan Anda dilarang membuat kerusakan. Misalnya merusak tanaman, membuang sampah sembarangan, mencoretcoret batu, dan beberapa hal lainnya. Selama perjalanan antaranggota rombongan harus tolong-menolong satu sama lain. Jika ada anggota rombongan yang menemui kesulitan, anggota yang lain mesti membantunya. Selama dalam perjalanan, kebersihan harus tetap dijaga, misalnya tidak buang air kecil atau besar sembarangan.
8. Segera Kembali Setelah Urusan Selesai
Setelah semua urusan selesai, segeralah pulang. Usahakan sampai di rumah tidak terlalu malam ketika anggota keluarga telah beristirahat. Sampai di rumah terlalu malam dapat mengganggu istirahat keluarga. Ucapkan syukur kepada Allah Swt. yang telah memberi keselamatan.
1. Adab Bertamu
Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan makhluk lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia memerlukan interaksi dengan sesama maupun makhluk lain. Dalam hubungannya dengan sesama, manusia kadang perlu berkunjung ke rumah sesama. Berkunjung ke rumah teman atau saudara disebut bertamu.
Islam sebagai agama yang sempurna mengajarkan umatnya adab bertamu. Dalam bertamu ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar tuan rumah atau orang lain tidak terganggu. Adab bertamu merupakan hal kecil. Akan tetapi, jika tidak dipraktikkan akan dapat mengganggu ketenangan. Di antara adab bertamu sebagai berikut.
a. Memilih Waktu yang Tepat
Jika ingin bertamu ke rumah teman atau saudara, Anda harus memilih waktu yang tepat untuk bertamu. Jangan bertamu pada jam istirahat. Misalnya bertamu terlalu larut malam atau tengah hari. Waktu-waktu tersebut merupakan waktu istirahat. Bertamu pada jam istirahat dapat mengganggu istirahat tuan rumah. Bertamulah ketika tuan rumah sedang bersantai.
b. Memperbaiki Niat
Niat merupakan landasan dasar dalam berbuat atau beramal. Niatkan kedatangan Anda bertamu sebagai sarana menjalin silaturahmi selain menunaikan tujuan bertamu. Dengan demikian, Anda akan mendapatkan pahala sebagai bekal kehidupan di akhirat. Selain itu, tujuan Anda bertamu juga dapat terlaksana dengan baik.
c. Memberitahukan Perihal Kedatangannya
Sebelum bertamu ada baiknya Anda memberi kabar kepada tuan rumah. Hal ini karena tidak setiap saat seseorang dapat menerima tamu. Jika tuan rumah sedang sibuk, Anda dapat membatalkan kedatangan Anda. Kadang tuan rumah hanya memiliki waktu sebentar sehingga tidak dapat menjamu tamu dengan baik. Memberitahukan perihal kedatangan dapat meminimalisasi terjadinya hal tersebut. Ada beragam cara yang dapat dilakukan untuk mengonfirmasi rencana kedatangan Anda. Anda dapat mempergunakan telepon, surat, email, dan berbagai cara lain.
d. Meminta Izin Masuk
Sebelum masuk ke rumah orang lain Anda harus meminta izin. Anda dapat mengetuk pintu kemudian mengucap salam. Islam melarang umatnya masuk ke rumah orang lain tanpa izin. Perhatikan firman Allah Swt. berikut ini.
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. (Q.S. an-Nur: 27)
Surah an-Nur ayat 27 menjelaskan larangan memasuki rumah orang lain tanpa izin kepada pemiliknya. Jelaslah sudah bahwa Anda harus meminta izin kepada pemilik jika ingin memasuki rumah orang lain. Meminta izin kepada tuan rumah dimaksudkan agar tuan rumah siap menerima tamu. Selain itu, mungkin saja di dalam rumah terdapat rahasia yang tidak boleh diketahui orang lain. Jika kita memasuki rumah orang lain tanpa izin, mungkin saja tuan rumah belum siap atau dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk menerima tamu.
Bagaimana jika kita sudah mengetuk pintu dan mengucap salam, tetapi tidak ada sahutan dari penghuninya? Perhatikan firman Allah Swt. berikut.
Artinya: Dan jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu, ”Kembalilah!” Maka (hendaklah) kamu kembali. Itu lebih suci bagimu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. an-Nur: 28)
Jika orang yang hendak bertamu telah mengucap salam tetapi tidak ada sahutan dari tuan rumah, Allah melarang orang tersebut untuk masuk. Setelah mengetuk pintu dan mengucap salam sebanyak tiga kali dan tidak ada jawaban, sebaiknya Anda kembali. Jika ada jawaban tetapi tuan rumah menyuruh Anda untuk kembali (pulang), kembalilah. Hal tersebut lebih baik bagi orang yang hendak bertamu. Tuan rumah yang menyuruh tamunya kembali tentu memiliki alasan. Mungkin saja tuan rumah sedang tidak ingin diganggu atau ada pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan.
Islam memperbolehkan umatnya memasuki rumah yang tidak berpenghuni jika ada keperluan di dalamnya. Apakah kita harus meminta izin? Jika rumah yang akan dimasuki adalah rumah yang tidak berpenghuni, tetapi terdapat keperluan di dalamnya kita boleh masuk ke dalamnya. Akan tetapi, jika rumah kosong tersebut ada pemiliknya dan masih dapat dihubungi sebaiknya Anda meminta izin untuk memasukinya. Allah Swt. berfirman seperti berikut.
Artinya: Tidak ada dosa atasmu memasuki rumah yang tidak dihuni, yang di dalamnya ada kepentingan kamu; Allah mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan. (Q.S. an-Nur: 29)
e. Memperkirakan Lama Waktu Bertamu
Ketika bertamu sebaiknya Anda tidak lupa waktu. Bertamu sebaiknya tidak terlalu lama. Bertamu dalam waktu yang terlalu lama dapat mengganggu aktivitas tuan rumah. Mungkin saja tuan rumah masih memiliki keperluan lain yang tidak dapat dikerjakan ketika Anda masih bertamu. Oleh karena itu, batasi waktu untuk bertamu agar tidak mengganggu tuan rumah.
f. Berwajah Ceria dan Bertutur Kata Lembut
Seseorang yang bertamu harus berwajah ceria. Wajah yang muram dapat mengganggu suasana pertemuan. Selain itu, Rasulullah saw. mengajarkan umatnya untuk melakukan kebaikan-kebaikan meskipun kecil. Misalnya menemui saudara atau orang lain dengan wajah ceria. Oleh karena itu, bertamulah ke rumah teman atau saudara dengan wajah yang ceria. Selain itu, ketika bertamu Anda juga harus bertutur kata yang sopan. Tutur kata kasar tidak disukai oleh semua orang termasuk tuan rumah. Berkatalah dengan perkataan yang baik. Jika tidak bisa, lebih baik diam.
2. Adab Menerima Tamu
Jika ada yang bertamu, ada pula orang yang menerima tamu. Islam tidak hanya mengajarkan adab bertamu, tetapi juga mengajarkan adab menerima tamu. Di antara adab menerima tamu dalam Islam sebagai berikut.
a. Menjawab Salam
Jika ada orang yang mengetuk pintu dan mengucapkan salam, sunah hukumnya untuk menjawab salam. Oleh karenanya, jika ada yang mengetuk pintu dan mengucap salam hendaknya kita jawab salamnya. Selain itu, jika ada tamu yang datang sedangkan Anda tidak mengetahui nama atau siapa dia, Anda diizinkan untuk menanyakannya.
b. Boleh Menolak Tamu
Tuan rumah diizinkan untuk menolak tamu yang datang. Jika tuan rumah tidak memiliki waktu, ia dapat menolak kedatangan tamu. Selain itu, tuan rumah yang sedang tidak mau diganggu juga dapat menolak tamu. Selain itu, seorang istri (wanita) boleh menolak kedatangan tamu laki-laki jika ia berada di rumah sendirian. Begitu juga sebaliknya, seorang suami (laki-laki) boleh menolak kedatangan tamu wanita jika dia sendirian di rumah.
c. Menemui Tamu dengan Wajah Berseri
Tamu hendaknya disuruh masuk kemudian duduk di tempat yang telah disediakan. Menemui tamu hendaknya dilakukan dengan wajah berseri. Jika tamu datang dengan wajah berseri dan tuan rumah menemui dengan wajah berseri, suasana pertemuan lebih ramah dan nyaman. Bayangkan jika tamu datang dengan wajah cemberut dan tuan rumah menemui dengan wajah cemberut, suasana menjadi tidak nyaman.
d. Memakai Pakaian yang Sopan
Tuan rumah hendaknya menemui tamu dengan pakaian yang sopan. Pakaian yang sopan harus dikenakan tidak hanya ketika menemui tamu, tetapi pada setiap saat.
e. Menyediakan Hidangan bagi Tamu
Tuan rumah hendaknya menyediakan hidangan bagi tamu yang datang. Akan tetapi, jika tidak mampu, tuan rumah tidak perlu memaksanya. Hidangan biasanya berupa minuman dan makanan kecil. Jika ada tamu yang menginap, sebisa mungkin tuan rumah menyediakan keperluannya.
Adab Berpakaian dan Berhias
1. Adab Berpakaian
Pakaian termasuk kebutuhan mendasar bagi manusia. Setiap hari dan setiap saat kita memakai pakaian. Pakaian yang dikenakan melindungi pemakainya dari panas, hujan, dan dingin. Setiap muslim dan muslimah dituntut untuk berpakaian sesuai dengan ajaran Islam. Seorang muslim atau muslimah dilarang mengenakan pakaian yang hanya mengikuti tren dengan mengabaikan aturan agama. Allah Swt. menjelaskan adab berpakaian dalam ayatnya yang artinya.
Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung. (Q.S. an-Nur: 30-31)
Adab berpakaian yang diajarkan Islam bagi wanita cenderung lebih ketat dari pria. Wanita muslimah dituntut untuk hanya menampakkan beberapa bagian kecil tubuhnya. Pada dasarnya pakaian bagi kaum pria hampir sama dengan wanita, yaitu menutup aurat. Akan tetapi, aurat pria lebih sempit dibanding dengan aurat wanita. Oleh karena itu, aturan berpakaian bagi pria lebih longgar.
Ada adab berpakaian yang perlu diperhatikan oleh pria dan wanita yaitu dengan mencermati hadis dari Abu Hurairah sebagai berikut.
Artinya: Rasulullah saw. melarang lelaki yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki. (H.R. Abu Daud)
Bagi umat Islam, pakaian memiliki beberapa fungsi sebagai berikut.
a. Fungsi Penutup Aurat
Fungsi pertama pakaian adalah menutup aurat. Fungsi sebagai penutup aurat merupakan fungsi paling mendasar dibanding fungsi-fungsi yang lain. Perintah berjilbab misalnya merupakan perintah untuk menutup aurat. Jika aurat tidak ditutup, dapat menyebabkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Berkaitan dengan fungsi penutup aurat, Allah Swt. berfirman seperti berikut.
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat (Q.S Al-A’raf: 27)
b. Fungsi Takwa
Fungsi kedua pakaian adalah fungsi takwa. Pakaian akan melindungi pemakainya baik secara fisik maupun psikis. Pakaian tidak dapat menyebabkan seseorang terhormat. Akan tetapi, pakaian dapat mendorong seseorang berperilaku terhormat, misalnya ketika memakai baju takwa seseorang akan terdorong untuk melakukan perbuatan yang terhormat seperti salat dan mengaji. Selain itu, pakaian dapat mendorong seseorang untuk mendatangi tempat-tempat terhormat.
Sebaliknya, pakaian yang sembarangan atau bahkan cenderung nakal akan mengundang masalah datang pada kita. Tatapan nakal akan segera menghampiri. Tidak jarang tindakan nakal juga akan mendekat.
Pakaian yang baik mendorong seseorang untuk berbuat baik. Dengan demikian, jilbab dapat menghindarkan pemakainya dari bencana. Misalnya terhindar dari gangguan orang iseng. Jilbab juga berfungsi sebagai liba-suttaqwa- yang mendorong pemakainya berperilaku terhormat.
c. Fungsi Penunjuk Identitas
Pakaian yang dikenakan oleh seseorang dapat menjadi penunjuk identitas bagi orang tersebut. Misalnya, anak yang memakai baju biru putih berarti murid sekolah menengah pertama (SMP). Seorang muslim diharapkan memakai pakaian yang dapat menggambarkan identitasnya sebagai muslim.
Pakaian yang dipakai terutama oleh seorang muslimah dapat menjadi penunjuk identitas, bahwa dia adalah seorang pemeluk Islam. Jilbab yang dikenakan oleh seseorang menjadi penunjuk bahwa dia adalah seorang muslimah.
2. Adab Berhias
Manusia tidak saja membutuhkan pakaian untuk menutup aurat. Manusia memerlukan pakaian sebagai perhiasan. Dalam hal ini pakaian berfungsi sebagai risyan. Pakaian tidak hanya berfungsi menutup aurat, tetapi juga dapat mempercantik atau memperelok pemakainya.
Jilbab dan busana muslim terus berkembang mengikuti mode. Jilbab tidak hanya sebagai penutup aurat tetapi juga sebagai sarana mempercantik diri. Berhias bagi manusia merupakan naluri. Akan tetapi, agama Islam memberi batasan agar seseorang tidak terjerumus oleh hawa nafsunya. Islam tidak ingin pemeluknya termakan oleh bujuk rayu setan.
Sejalan dengan fungsi pakaian sebagai penunjuk identitas, dalam berhias umat Islam harus memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri tersebut yang membedakannya dengan pemeluk agama lain. Berkaitan dengan materi yang kita bahas, Allah Swt. berfirman seperti berikut yang artinya.
. . . dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orangorang jahiliah dahulu . . . . (Q.S. al-Ahzab: 33)
Dalam ayat di atas Allah Swt. melarang umat Islam berhias seperti orang-orang jahiliah. Dalam hal berpakaian dan berhias umat Islam dilarang berlaku seperti orang-orang jahiliah. Umat Islam hendaknya berpakaian dan berhias yang dapat menunjukkan identitas sebagai muslim.
Ingatlah kembali kisah Adam dan Hawa di surga. Adam dan Hawa termakan oleh bujuk rayu setan. Mereka memetik dan menikmati buah terlarang. Aurat mereka pun terbuka dan ditutupi dengan daun-daun surga. Mereka pun terusir dari surga dan diturunkan ke bumi. Terdapat dua pelajaran yang dapat kita petik dari peristiwa yang menimpa Adam dan Hawa di surga.
Pertama, ide membuka aurat merupakan ide setan. Setan membujuk manusia agar membuka auratnya. Setan menyukai seseorang atau manusia yang membuka aurat. Kedua, Adam dan Hawa diusir dari surga sebab termakan bujuk rayu setan. Siapa pun yang terjebak oleh bujuk rayu setan akan menjauh dari Allah Swt. dan Dia akan memberi balasan sesuai amal perbuatannya.
Adab dalam Perjalanan
Bepergian merupakan suatu pekerjaan yang hampir setiap hari Anda lakukan. Seorang yang bekerja di kantor melakukan perjalanan dari rumah menuju kantor. Pedagang melakukan perjalanan dari rumah menuju pasar dan seterusnya. Semua itu dilakukan hampir setiap hari. Secara umum adab dalam perjalanan yang diajarkan Islam sebagai berikut.
1. Mempersiapkan Bekal
Perjalanan yang dilakukan tidak hanya perjalanan dengan jarak yang dekat. Kadang Anda harus pergi ke luar kota untuk suatu keperluan. Perjalanan jarak jauh atau dekat yang dilakukan, persiapkan segala sesuatu yang diperlukan selama perjalanan. Persiapkan bekal berupa uang untuk keperluan Anda. Jumlah uang yang Anda bawa hendaknya disesuaikan dengan keperluan. Jangan terlalu sedikit atau terlalu banyak. Jika Anda bepergian dengan kendaraan umum, uang cash yang dibawa sebaiknya cukup untuk ongkos angkutan dan keperluan makan. Sisanya dapat disimpan di bank yang dapat diambil sewaktu-waktu. Bekal selama perjalanan juga harus dipersiapkan. Makanan atau minuman perlu dipersiapkan jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Anda dapat mempersiapkan dari rumah atau membeli dalam perjalanan. Hal ini dimaksudkan agar Anda tidak merepotkan orang lain dalam perjalanan.
2. Mempersiapkan Kendaraan dan Kelengkapannya
Kendaraan yang akan dipergunakan harus diperhatikan. Periksa kondisi kendaraan Anda dengan saksama. Periksa mesin, bahan bakar, kondisi ban, tekanan angin ban, rem, dan beberapa bagian lainnya. Bepergian dengan kendaraan yang tidak layak jalan dapat membahayakan keselamatan. Misalnya, bepergian dengan kendaraan tanpa rem dapat menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Jika mempergunakan kendaraan umum, sebaiknya Anda memilih angkutan yang layak jalan sehingga tidak mogok di tengah perjalanan. Kendaraan yang prima mendukung Anda sampai di tempat tujuan tepat waktu.
Jika kendaraan yang dipergunakan adalah motor, jangan lupa mempersiapkan helm. Helm yang dipakai harus memenuhi standar keselamatan. Helm harus pas di kepala, tidak terlalu sempit atau terlalu longgar. Tali pengikat helm juga harus mendapat perhatian. Selanjutnya, persiapkan sarung tangan. Sarung tangan akan menyerap keringat yang keluar selama perjalanan. Memakai sarung tangan menyebabkan tangan Anda tidak licin. Tangan yang licin dapat membahayakan keselamatan Anda. Jangan lupa memakai alas kaki dan jaket
Jika ada orang lain yang membonceng, persiapan di atas juga mesti dilakukan. Selain itu, jangan membawa beban yang melebihi kapasitas. Terlalu banyak membawa beban dapat mengganggu kenyamanan dalam berkendara.
Setelah kendaraan dalam kondisi siap jalan, cek kembali keperluan atau bekal yang dibawa. Pastikan badan Anda dalam kondisi prima untuk melakukan perjalanan. Periksa kembali surat-surat kendaraan seperti SIM (Surat Izin Mengemudi) dan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan). Berdoalah sebelum melakukan perjalanan untuk memohon perlindungan Allah Swt.
3. Memilih Pemimpin Rombongan
Adakalanya perjalanan dilakukan lebih dari satu orang. Dalam keadaan demikian, sebaiknya dipilih pemimpin rombongan. Perhatikan hadis dari Abu Hurairah r.a., yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Rasulullah saw. bersabda yang artinya.
Apabila ada tiga orang bepergian hendaklah mereka memilih seorang di antara mereka untuk menjadi pemimpin rombongan. (H.R. Ibnu Majah)
4. Mengutamakan Hari Kamis atau Pagi Hari
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah perjalanan sebaiknya dilakukan pada hari Kamis atau pagi hari. Adapun bepergian pada hari Kamis terdapat sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Ka‘ab bin Malik, ia berkata, "Jarang sekali Rasul saw. keluar untuk bepergian, kecuali dilakukan pada hari Kamis." Melakukan perjalanan pada pagi hari diharapkan sampai tujuan sebelum malam. Bertamu atau sampai di rumah pada malam hari dapat mengganggu istirahat tuan rumah atau keluarga. Perhatikan hadis dari Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:
Artinya: Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah berdoa, ”Ya Allah, berkatilah umatku pada waktu pagi hari.” (H.R. Ibnu Ma-jah)
5. Berdoa Sebelum Melakukan Perjalanan
Sebelum melakukan perjalanan sebaiknya berdoa terlebih dahulu untuk memohon perlindungan Allah Swt. Doa orang yang sedang dalam perjalanan akan dikabulkan selama tidak untuk berbuat maksiat. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmizi Rasulullah saw. bersabda yang artinya, "Ada tiga macam doa yang pasti dikabulkan, yaitu doa orang yang teraniaya, doa orang yang dalam bepergian, dan doa orang tua kepada anaknya." Selain itu, sebelum melakukan perjalanan jauh disunahkan untuk melaksanakan salat sunah dua rakaat.
6. Menaati Rambu-Rambu Lalu Lintas
Ketika berada di jalan raya perilaku sopan atau etika di jalan harus diterapkan. Kendarai kendaraan Anda di sebelah kiri dengan kecepatan sedang. Jangan memacu kendaraan Anda terlalu kencang atau terlalu pelan. Patuhi rambu-rambu lalu lintas. Jangan tergoda oleh pengendara lain yang melanggar lampu lalu lintas. Melanggar rambu-rambu lalu lintas dapat membahayakan keselamatan jiwa. Berilah kesempatan kepada kendaraan lain yang ingin mendahului.
Jika Anda ingin mendahului kendaraan lain, lakukan dengan sopan. Anda dapat memberi isyarat dengan membunyikan klakson atau tanda lain. Jangan mengerem kendaraan secara mendadak sebab berbahaya bagi keselamatan Anda dan orang lain.
Jika kendaraan umum menjadi pilihan, selama perjalanan Anda harus tetap memerhatikan sopan santun. Dahulukan kaki kanan ketika naik dan kaki kiri ketika turun. Jika ada ibu hamil, orang tua, atau orang yang membutuhkan bantuan dan Anda mendapatkan tempat duduk, ikhlaskan tempat duduk Anda untuk orang-orang tersebut.
7. Tidak Berbuat Kerusakan
Selama dalam perjalanan Anda dilarang membuat kerusakan. Misalnya merusak tanaman, membuang sampah sembarangan, mencoretcoret batu, dan beberapa hal lainnya. Selama perjalanan antaranggota rombongan harus tolong-menolong satu sama lain. Jika ada anggota rombongan yang menemui kesulitan, anggota yang lain mesti membantunya. Selama dalam perjalanan, kebersihan harus tetap dijaga, misalnya tidak buang air kecil atau besar sembarangan.
8. Segera Kembali Setelah Urusan Selesai
Setelah semua urusan selesai, segeralah pulang. Usahakan sampai di rumah tidak terlalu malam ketika anggota keluarga telah beristirahat. Sampai di rumah terlalu malam dapat mengganggu istirahat keluarga. Ucapkan syukur kepada Allah Swt. yang telah memberi keselamatan.
Adab Bertamu dan Menerima Tamu
1. Adab Bertamu
Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan makhluk lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia memerlukan interaksi dengan sesama maupun makhluk lain. Dalam hubungannya dengan sesama, manusia kadang perlu berkunjung ke rumah sesama. Berkunjung ke rumah teman atau saudara disebut bertamu.
Islam sebagai agama yang sempurna mengajarkan umatnya adab bertamu. Dalam bertamu ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar tuan rumah atau orang lain tidak terganggu. Adab bertamu merupakan hal kecil. Akan tetapi, jika tidak dipraktikkan akan dapat mengganggu ketenangan. Di antara adab bertamu sebagai berikut.
a. Memilih Waktu yang Tepat
Jika ingin bertamu ke rumah teman atau saudara, Anda harus memilih waktu yang tepat untuk bertamu. Jangan bertamu pada jam istirahat. Misalnya bertamu terlalu larut malam atau tengah hari. Waktu-waktu tersebut merupakan waktu istirahat. Bertamu pada jam istirahat dapat mengganggu istirahat tuan rumah. Bertamulah ketika tuan rumah sedang bersantai.
b. Memperbaiki Niat
Niat merupakan landasan dasar dalam berbuat atau beramal. Niatkan kedatangan Anda bertamu sebagai sarana menjalin silaturahmi selain menunaikan tujuan bertamu. Dengan demikian, Anda akan mendapatkan pahala sebagai bekal kehidupan di akhirat. Selain itu, tujuan Anda bertamu juga dapat terlaksana dengan baik.
c. Memberitahukan Perihal Kedatangannya
Sebelum bertamu ada baiknya Anda memberi kabar kepada tuan rumah. Hal ini karena tidak setiap saat seseorang dapat menerima tamu. Jika tuan rumah sedang sibuk, Anda dapat membatalkan kedatangan Anda. Kadang tuan rumah hanya memiliki waktu sebentar sehingga tidak dapat menjamu tamu dengan baik. Memberitahukan perihal kedatangan dapat meminimalisasi terjadinya hal tersebut. Ada beragam cara yang dapat dilakukan untuk mengonfirmasi rencana kedatangan Anda. Anda dapat mempergunakan telepon, surat, email, dan berbagai cara lain.
d. Meminta Izin Masuk
Sebelum masuk ke rumah orang lain Anda harus meminta izin. Anda dapat mengetuk pintu kemudian mengucap salam. Islam melarang umatnya masuk ke rumah orang lain tanpa izin. Perhatikan firman Allah Swt. berikut ini.
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. (Q.S. an-Nur: 27)
Surah an-Nur ayat 27 menjelaskan larangan memasuki rumah orang lain tanpa izin kepada pemiliknya. Jelaslah sudah bahwa Anda harus meminta izin kepada pemilik jika ingin memasuki rumah orang lain. Meminta izin kepada tuan rumah dimaksudkan agar tuan rumah siap menerima tamu. Selain itu, mungkin saja di dalam rumah terdapat rahasia yang tidak boleh diketahui orang lain. Jika kita memasuki rumah orang lain tanpa izin, mungkin saja tuan rumah belum siap atau dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk menerima tamu.
Bagaimana jika kita sudah mengetuk pintu dan mengucap salam, tetapi tidak ada sahutan dari penghuninya? Perhatikan firman Allah Swt. berikut.
Artinya: Dan jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu, ”Kembalilah!” Maka (hendaklah) kamu kembali. Itu lebih suci bagimu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. an-Nur: 28)
Jika orang yang hendak bertamu telah mengucap salam tetapi tidak ada sahutan dari tuan rumah, Allah melarang orang tersebut untuk masuk. Setelah mengetuk pintu dan mengucap salam sebanyak tiga kali dan tidak ada jawaban, sebaiknya Anda kembali. Jika ada jawaban tetapi tuan rumah menyuruh Anda untuk kembali (pulang), kembalilah. Hal tersebut lebih baik bagi orang yang hendak bertamu. Tuan rumah yang menyuruh tamunya kembali tentu memiliki alasan. Mungkin saja tuan rumah sedang tidak ingin diganggu atau ada pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan.
Islam memperbolehkan umatnya memasuki rumah yang tidak berpenghuni jika ada keperluan di dalamnya. Apakah kita harus meminta izin? Jika rumah yang akan dimasuki adalah rumah yang tidak berpenghuni, tetapi terdapat keperluan di dalamnya kita boleh masuk ke dalamnya. Akan tetapi, jika rumah kosong tersebut ada pemiliknya dan masih dapat dihubungi sebaiknya Anda meminta izin untuk memasukinya. Allah Swt. berfirman seperti berikut.
Artinya: Tidak ada dosa atasmu memasuki rumah yang tidak dihuni, yang di dalamnya ada kepentingan kamu; Allah mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan. (Q.S. an-Nur: 29)
e. Memperkirakan Lama Waktu Bertamu
Ketika bertamu sebaiknya Anda tidak lupa waktu. Bertamu sebaiknya tidak terlalu lama. Bertamu dalam waktu yang terlalu lama dapat mengganggu aktivitas tuan rumah. Mungkin saja tuan rumah masih memiliki keperluan lain yang tidak dapat dikerjakan ketika Anda masih bertamu. Oleh karena itu, batasi waktu untuk bertamu agar tidak mengganggu tuan rumah.
f. Berwajah Ceria dan Bertutur Kata Lembut
Seseorang yang bertamu harus berwajah ceria. Wajah yang muram dapat mengganggu suasana pertemuan. Selain itu, Rasulullah saw. mengajarkan umatnya untuk melakukan kebaikan-kebaikan meskipun kecil. Misalnya menemui saudara atau orang lain dengan wajah ceria. Oleh karena itu, bertamulah ke rumah teman atau saudara dengan wajah yang ceria. Selain itu, ketika bertamu Anda juga harus bertutur kata yang sopan. Tutur kata kasar tidak disukai oleh semua orang termasuk tuan rumah. Berkatalah dengan perkataan yang baik. Jika tidak bisa, lebih baik diam.
2. Adab Menerima Tamu
Jika ada yang bertamu, ada pula orang yang menerima tamu. Islam tidak hanya mengajarkan adab bertamu, tetapi juga mengajarkan adab menerima tamu. Di antara adab menerima tamu dalam Islam sebagai berikut.
a. Menjawab Salam
Jika ada orang yang mengetuk pintu dan mengucapkan salam, sunah hukumnya untuk menjawab salam. Oleh karenanya, jika ada yang mengetuk pintu dan mengucap salam hendaknya kita jawab salamnya. Selain itu, jika ada tamu yang datang sedangkan Anda tidak mengetahui nama atau siapa dia, Anda diizinkan untuk menanyakannya.
b. Boleh Menolak Tamu
Tuan rumah diizinkan untuk menolak tamu yang datang. Jika tuan rumah tidak memiliki waktu, ia dapat menolak kedatangan tamu. Selain itu, tuan rumah yang sedang tidak mau diganggu juga dapat menolak tamu. Selain itu, seorang istri (wanita) boleh menolak kedatangan tamu laki-laki jika ia berada di rumah sendirian. Begitu juga sebaliknya, seorang suami (laki-laki) boleh menolak kedatangan tamu wanita jika dia sendirian di rumah.
c. Menemui Tamu dengan Wajah Berseri
Tamu hendaknya disuruh masuk kemudian duduk di tempat yang telah disediakan. Menemui tamu hendaknya dilakukan dengan wajah berseri. Jika tamu datang dengan wajah berseri dan tuan rumah menemui dengan wajah berseri, suasana pertemuan lebih ramah dan nyaman. Bayangkan jika tamu datang dengan wajah cemberut dan tuan rumah menemui dengan wajah cemberut, suasana menjadi tidak nyaman.
d. Memakai Pakaian yang Sopan
Tuan rumah hendaknya menemui tamu dengan pakaian yang sopan. Pakaian yang sopan harus dikenakan tidak hanya ketika menemui tamu, tetapi pada setiap saat.
e. Menyediakan Hidangan bagi Tamu
Tuan rumah hendaknya menyediakan hidangan bagi tamu yang datang. Akan tetapi, jika tidak mampu, tuan rumah tidak perlu memaksanya. Hidangan biasanya berupa minuman dan makanan kecil. Jika ada tamu yang menginap, sebisa mungkin tuan rumah menyediakan keperluannya.