Manusia adalah tempat salah dan lupa. Keduanya membuat seseorang dapat melakukan kesalahan kepada orang lain. Dalam keadaan seperti ini kesadaran akan kesalahan yang telah diperbuat merupakan suatu tantangan bagi siapa pun yang melakukan kesalahan. Mengapa demikian? Hal ini karena tidak semua orang yang melakukan kesalahan dapat menyadari kesalahan yang telah diperbuatnya. Untuk itu, Allah menyediakan suatu mekanisme penebusan dosa atas kesalahan, yaitu tobat.
Apa dan bagaimanakah tobat itu? Hal inilah yang akan kita bahas dalam postingan tentang Perilaku Taubat Meurut Pandangan Islam ini.
Kata tobat sering kita dengar, bahkan sering kita ucapkan. Ketika seseorang melakukan suatu kesalahan dan menyadarinya, ia akan mengatakan bahwa ia bertobat. Apakah pengertian tobat? Tobat merupakan sarana kembali kepada Allah Swt. setelah melakukan kesalahan dan dosa. Seperti kita ketahui bahwa manusia tidak luput dari salah dan dosa. Allah Swt. memberi kesempatan kepada manusia yang berbuat salah dan dosa untuk bertobat.
Secara bahasa, tobat berarti kembali. Menurut Imam Gazali, tobat merupakan pengertian yang menghimpun tiga komponen, yaitu ilmu, hal (kondisi), dan amal perbuatan. Ilmu akan menghasilkan hal (kondisi), kondisi akan menghasilkan amal. Dengan ilmu seseorang akan mengetahui bahaya yang muncul dari dosa. Dosa yang diperbuat seseorang akan menjadi penghalang antara ia dengan Allah Swt. Seseorang yang melakukan perbuatan dosa dan maksiat kemudian bertobat akan meninggalkan perbuatan maksiat atau dosa dan berjanji tidak akan mengulanginya. Ia tidak akan melakukan perbuatan dosa tersebut pada masa yang akan datang. Kesadaran itu diawali dengan ilmu karena dengan ilmu akan membawa ke arah kebaikan. Mempercayai bahwa perbuatan dosa merupakan racun yang menghancurkan. Selain itu, ilmu juga akan menghilangkan keraguan tentang racun dari perbuatan dosa.
Tobat juga sering diartikan dengan penyesalan. Buah dari penyesalan tersebut adalah sikap atau perilaku meninggalkan hal yang menyebabkannya menyesal. Perbuatan-perbuatan yang menyebabkan menyesal diganti dengan hal-hal yang tidak menyebabkan menyesal atau perbuatan baik. Menurut Sahal bin Abdillah at-Tastari (2006), tobat adalah mengganti perbuatan tercela dengan perbuatan terpuji.
Seseorang yang melakukan perbuatan dosa akan terhalang oleh perbuatannya dalam berhubungan dengan Allah Swt. Ia jauh dari Allah Swt., Yang Maha Pengasih. Seseorang yang jauh dari Allah Swt. kemungkinan besar tidak akan mendapat rahmat dan hidayah-Nya. Jika seseorang yang telanjur jauh dari Allah Swt., apa yang diharapkannya?
Allah Swt. maha Mengetahui segala sesuatu. Dia memberi jalan kepada orang-orang yang telanjur jauh darinya berupa tobat. Tobat dengan penyesalan telah melakukan perbuatan dosa dengan memohon ampun kepada Allah Swt. dan berjanji akan meninggalkan perbuatan dosa tersebut.
Contoh perilaku tobat dapat ditemukan dalam ilustrasi berikut.
Indah seorang muslimah yang taat. Pada suatu hari ia menghadiri arisan yang diadakan di kampungnya. Ibu-ibu yang hadir dalam arisan tersebut membicarakan tentang Bu Ira, seorang janda yang cantik. Tanpa disadari Indah yang duduk di dekat ibu-ibu yang sedang menggunjing turut mendengarkan dan memberi komentar.
Sepulang dari arisan Indah menyadari bahwa ia telah melakukan perbuatan dosa dengan menggunjing. Indah menyesali perbuatannya dan meminta maaf kepada Bu Ira. Selanjutnya, ia memohon ampun kepada Allah Swt. atas perbuatan dosa yang dilakukannya dengan sungguh-sungguh. Pada masa yang akan datang ia berjanji tidak akan mengulangi perbuatan dosa tersebut. Ia berhati-hati dalam bertindak. Ia tidak lagi duduk di dekat ibu-ibu yang suka menggosip ketika arisan. Selain itu, ia berusaha meninggalkan forum atau orang-orang yang mulai membicarakan orang lain dengan berbagai alasan yang tidak menyinggung perasaan. Indah juga senantiasa melakukan perbuatan baik agar dosa yang dilakukannya diampuni oleh Allah Swt.
Perilaku yang ditunjukkan Indah disebut tobat. Indah melakukan perbuatan dosa dan ia menyesali perbuatan tersebut. Indah selanjutnya meminta maaf kepada orang yang digunjingnya kemudian memohon ampun kepada Allah Swt. Pada masa selanjutnya, Indah berjanji tidak akan melakukan perbuatan tersebut kembali.
Tobat merupakan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan dengan segara. Pengetahuan tentang bahaya dosa akan menyebabkan seseorang menyadari kewajibannya dan mencegah dirinya dari perbuatan dosa.
Tobat yang diperintahkan kepada manusia adalah tobat nasuha, yaitu tobat yang semurni-murninya. Nasuha juga dapat diartikan murni semata-mata karena Allah Swt. tanpa ada hal-hal yang mengotorinya. Perhatikan firman Allah Swt. berikut ini.
Terjemahannya.
Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka berkata, ”Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”(Q.S. at-Tahrim : 8)
Tobat nasuha merupakan tobat yang diperintahkan oleh Allah Swt. Tobat tidak hanya sekadar diucapkan di lidah, tetapi diwujudkan dengan perbuatan. Tobat juga bukan permohonan ampun kepada Allah Swt. melalui orang lain. Ada dua kesalahan pemahaman tentang tobat yang terjadi di tengah masyarakat. Pertama, tobat melalui perantaraan orang lain. Tobat dalam Islam bukan melalui orang lain. Tobat dalam Islam merupakan persoalan pribadi antara seorang hamba dengan Tuhannya. Jadi, seorang hamba mengadukan atau memohon secara langsung kepada Allah Swt. tanpa melalui perantaraan orang lain. Kedua, bahwa tobat hanya perkataan di lidah. Tobat tidak hanya di lidah, tetapi diwujudkan dalam perbuatan.
Ada beberapa tahap yang harus dilalui oleh seseorang yang akan bertobat. Tahap-tahap tersebut sebagai berikut.
1. Menyesal dalam Hati
Menyesal dalam hati merupakan tahapan pertama tobat. Penyesalan dalam hati berkaitan dengan tobat diartikan dengan perasaan, emosi, atau gerak hati yang berbentuk penyesalan dalam diri manusia atas perbuatan dosa yang dilakukannya terhadap Allah swt., sesama makhluk, dan dirinya sendiri.
Penyesalan atas perbuatan dosa yang telah dilakukan akan mengantarkan seseorang menuju tahap berikutnya dalam bertobat. Bagian terpenting dari penyesalan ini adalah memunculkan rasa sesal yang teramat dalam atas segala perbuatan dosa yang pernah dilakukannya. Bahkan, ketika mengingat perbuatan dosa yang dilakukan hati terasa sakit bagai teriris pisau. Penyesalan dalam hati bukan dilakukan dengan menyakiti diri sendiri, mengucilkan diri dari pergaulan, dan berbagai tindakan lainnya.
2. Memohon Ampun dengan Lisan
Tahap kedua dalam bertobat kepada Allah swt. adalah memohon ampun dengan lisan. Memohon ampun kepada Allah swt. atas perbuatan dosa yang dilakukan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Selama ini anda berpikir bahwa memohon ampun hanya dapat dilakukan dengan cara membaca istigfar. Memohon ampun kepada Allah Swt. bukan hanya dapat dilakukan dengan membaca bacaan istigfar. Masih banyak bacaan lain yang dapat dipergunakan untuk memohon ampun kepada Allah Swt.
Ketika memohon ampun kepada Allah Swt. Anda tidak hanya dapat membaca bacaan “astagfirullahal azim” akan tetapi, Anda juga dapat membaca lafal lain seperti lafaz “zolamna anfusana wa in lam tagfirlana watarhamna lanakunanna minalkhasirin" atau "la ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minazz alimin". Bagaimana jika seseorang tidak mampu memohon ampun dengan bahasa Arab?
Jika seseorang tidak mampu berbahasa Arab, ia dapat memohon ampun kepada Allah Swt. memakai bahasa lain asalkan diucapkan dengan tulus dan sungguh-sungguh. Permohonan ampun kepada Allah Swt. hendaknya diucapkan dengan kata-kata yang jelas. Kata-kata yang jelas merupakan pertanda bahwa permohonan tersebut sungguh-sungguh.
Ternyata, tidak sulit untuk memohon ampun dengan lisan kepada Allah Swt. Jika tidak mampu menggunakan bahasa Arab dapat menggunakan bahasa lain yang dipahami. Sungguh, Islam adalah agama yang memberi kemudahan kepada penganutnya.
3. Berjanji untuk Tidak Melakukan Dosa Lagi
Berjanji untuk tidak melakukan dosa lagi merupakan tahapan terakhir tobat. Janji itu tidak hanya sekadar diucapkan di bibir, tetapi diwujudkan dalam perbuatan. Tindakan yang dapat mendekatkan seseorang dari perbuatan dosa yang serupa juga harus dihindari. Tahapan ketiga ini merupakan tahapan yang paling berat dan sulit. Tahapan ketiga ini membutuhkan tindakan nyata.
Perbanyaklah berbuat baik dan beramal saleh. Bersedekah, membantu sesama yang membutuhkan, menyantuni anak yatim, mengasihi fakir miskin, dan berbagai tindakan mulia lainnya dapat dilakukan. Tindakan tersebut dilakukan untuk mengubah perilaku dari perbuatan maksiat pada perbuatan baik yang diridai Allah Swt. (Sa’id H awwa. 2006.)
Uraian di atas menunjukkan beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam rangka bertobat kepada Allah Swt. Selanjutnya, ada empat tingkatan orang yang bertobat. Keempat tingkatan tersebut merujuk pada tingkat konsistensi orang yang bertobat dalam menjalankan tobatnya. Adapun tingkatan tersebut sebagai berikut.
Pertama, Seseorang yang bertobat dari kemaksiatan dengan totalitas dan konsisten hingga ia meninggal dunia.
Inilah tingkatan pertama orang yang bertobat kepada Allah Swt. Tidak tebersit sedikit pun dalam hatinya untuk melakukan perbuatan dosa. Ia membayar seluruh ibadah-ibadah yang ditinggalkannya. Seseorang yang berada pada tingkatan pertama ini istiqamah dalam menjalankan tobat hingga akhir hayatnya. Mereka yang berada pada tingkatan pertama ini terbagi menjadi dua dilihat dari segi menundukkan syahwat, yaitu:
Kedua, Seseorang yang bertobat dengan konsisten mengerjakan ibadah wajib dan meninggalkan dosa besar.
Inilah golongan yang menempati tingkatan kedua orang yang bertobat. Mereka yang termasuk dalam tingkatan ini kadang tergelincir dalam perbuatan dosa yang tidak sengaja dilakukannya. Mereka mencela diri sendiri dan terus-menerus berusaha untuk menjauhkan diri dari perbuatan dosa.
Mereka yang berada dalam tingkatan ini masih sulit untuk bertobat secara total. Kemaksiatan telah mendarah daging dalam dirinya sehingga ia masih tergoda untuk melakukan perbuatan maksiat. Mereka yang masuk dalam tingkatan ini harus memperbanyak amal saleh agar amal baiknya lebih berat daripada amal buruk.
Ketiga, Seseorang yang bertobat dengan konsisten dalam beberapa lama, tetapi dalam perjalanannya ia kadang dikalahkan oleh syahwat sehingga melakukan perbuatan dosa dengan sengaja.
Mereka yang berada dalam tingkatan ketiga ini selalu berusaha untuk mengerjakan ketaatan dan meninggalkan perbuatan dosa, meskipun mereka dapat melakukan perbuatan dosa dan mengalahkan syahwatnya. Mereka berharap Allah Swt. memberi kekuatan kepada mereka agar terlepas dari belenggu syahwat.
Keempat, Seseorang yang bertobat hanya sesaat kemudian kembali lagi melakukan kemaksiatan, tanpa ada keinginan lagi untuk bertobat, perasaan bersalah, dan menyesal atas perbuatan yang dikerjakannya. Mereka justru tenggelam dalam kenikmatan syahwatnya. Mereka yang termasuk dalam tingkatan ini termasuk golongan musirrin (orang yang selalu melakukan dosa).
Bertobat kepada Allah Swt. atas perbuatan dosa harus segera dilakukan. Jangan menunda-nunda tobat karena tidak ada yang tahu dengan pasti waktu ajal menjemput. Bisa jadi ajal menjemput sebelum seseorang bertobat. Menunda-nunda tobat bukan perbuatan yang harus ditiru atau dilakukan. Menunda tobat sama dengan membiarkan akar pohon menjadi kuat.
Gambaran bagi mereka yang menunda tobat bagaikan seseorang y ang tidak mau bersusah payah mencabut akar pohon sehingga membiarkannya beberapa tahun. Ia datang lagi untuk mencabut pohon tersebut. Dibutuhkan usaha yang lebih keras untuk mencabutnya karena akar-akar pohon telah berkembang dan tumbuh menjadi lebih kuat. Lebih baik bersusah payah sekarang sebelum akar tertanam lebih dalam daripada harus bekerja lebih keras untuk mencabut pohon yang akarnya telah berkembang dan tertanam lebih dalam.
Seseorang yang menyegerakan tobat akan terbantu untuk mencabut akar pohon yang belum tertanam begitu dalam. Orang yang segera bertobat akan terbantu mencabut akar dosa yang tertanam dalam hati. Selagi akar dosa belum tertanam dalam hati, segeralah bertobat agar terhapus dosa dari dalam diri. Jika ajal datang menjelang, tidak ada lagi perbuatan maksiat yang harus dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, segeralah bertobat, bahkan berusahalah untuk tidak melakukan perbuatan dosa dan maksiat.
Hati manusia ibarat kaca yang bening dan bersih. Perbuatan dosa merupakan kotoran yang menempel pada kaca. Jika ada sedikit kotoran yang menempel dan segera dibersihkan, kaca akan bersih dan bening kembali. Jika kotoran yang sedikit dibiarkan, kotoran tersebut akan menumpuk dan berkarat. Jika sudah berkarat, kotoran akan sulit dihilangkan. Kaca menjadi kotor dan kusam. Kaca yang dirawat dan dibersihkan setiap saat akan tetap bersih dan bening. Begitu juga dengan hati manusia. Jika ada dosa dan segera dibersihkan, hati akan senantiasa bersih. Sebaliknya, jika dosa dibiarkan, lama-kelamaan menjadi banyak dan berkarat. Seseorang akan sulit untuk membersihkannya jika dosa telah berkarat dalam hati.
Perbuatan dosa yang kecil-kecil akan menjadi besar jika terus-menerus dilakukan. Ingat! Satu perbuatan dosa terlalu banyak dibanding seratus atau seribu amal baik. Oleh karena itu, memohon ampun kepada Allah Swt. harus dilakukan setiap saat agar segala dosa yang kita perbuat terampuni. (Husni Thoyar: 2011)
Apa dan bagaimanakah tobat itu? Hal inilah yang akan kita bahas dalam postingan tentang Perilaku Taubat Meurut Pandangan Islam ini.
Pengertian Tobat
Kata tobat sering kita dengar, bahkan sering kita ucapkan. Ketika seseorang melakukan suatu kesalahan dan menyadarinya, ia akan mengatakan bahwa ia bertobat. Apakah pengertian tobat? Tobat merupakan sarana kembali kepada Allah Swt. setelah melakukan kesalahan dan dosa. Seperti kita ketahui bahwa manusia tidak luput dari salah dan dosa. Allah Swt. memberi kesempatan kepada manusia yang berbuat salah dan dosa untuk bertobat.
Secara bahasa, tobat berarti kembali. Menurut Imam Gazali, tobat merupakan pengertian yang menghimpun tiga komponen, yaitu ilmu, hal (kondisi), dan amal perbuatan. Ilmu akan menghasilkan hal (kondisi), kondisi akan menghasilkan amal. Dengan ilmu seseorang akan mengetahui bahaya yang muncul dari dosa. Dosa yang diperbuat seseorang akan menjadi penghalang antara ia dengan Allah Swt. Seseorang yang melakukan perbuatan dosa dan maksiat kemudian bertobat akan meninggalkan perbuatan maksiat atau dosa dan berjanji tidak akan mengulanginya. Ia tidak akan melakukan perbuatan dosa tersebut pada masa yang akan datang. Kesadaran itu diawali dengan ilmu karena dengan ilmu akan membawa ke arah kebaikan. Mempercayai bahwa perbuatan dosa merupakan racun yang menghancurkan. Selain itu, ilmu juga akan menghilangkan keraguan tentang racun dari perbuatan dosa.
Tobat juga sering diartikan dengan penyesalan. Buah dari penyesalan tersebut adalah sikap atau perilaku meninggalkan hal yang menyebabkannya menyesal. Perbuatan-perbuatan yang menyebabkan menyesal diganti dengan hal-hal yang tidak menyebabkan menyesal atau perbuatan baik. Menurut Sahal bin Abdillah at-Tastari (2006), tobat adalah mengganti perbuatan tercela dengan perbuatan terpuji.
Seseorang yang melakukan perbuatan dosa akan terhalang oleh perbuatannya dalam berhubungan dengan Allah Swt. Ia jauh dari Allah Swt., Yang Maha Pengasih. Seseorang yang jauh dari Allah Swt. kemungkinan besar tidak akan mendapat rahmat dan hidayah-Nya. Jika seseorang yang telanjur jauh dari Allah Swt., apa yang diharapkannya?
Allah Swt. maha Mengetahui segala sesuatu. Dia memberi jalan kepada orang-orang yang telanjur jauh darinya berupa tobat. Tobat dengan penyesalan telah melakukan perbuatan dosa dengan memohon ampun kepada Allah Swt. dan berjanji akan meninggalkan perbuatan dosa tersebut.
Contoh Tobat
Contoh perilaku tobat dapat ditemukan dalam ilustrasi berikut.
Indah seorang muslimah yang taat. Pada suatu hari ia menghadiri arisan yang diadakan di kampungnya. Ibu-ibu yang hadir dalam arisan tersebut membicarakan tentang Bu Ira, seorang janda yang cantik. Tanpa disadari Indah yang duduk di dekat ibu-ibu yang sedang menggunjing turut mendengarkan dan memberi komentar.
Sepulang dari arisan Indah menyadari bahwa ia telah melakukan perbuatan dosa dengan menggunjing. Indah menyesali perbuatannya dan meminta maaf kepada Bu Ira. Selanjutnya, ia memohon ampun kepada Allah Swt. atas perbuatan dosa yang dilakukannya dengan sungguh-sungguh. Pada masa yang akan datang ia berjanji tidak akan mengulangi perbuatan dosa tersebut. Ia berhati-hati dalam bertindak. Ia tidak lagi duduk di dekat ibu-ibu yang suka menggosip ketika arisan. Selain itu, ia berusaha meninggalkan forum atau orang-orang yang mulai membicarakan orang lain dengan berbagai alasan yang tidak menyinggung perasaan. Indah juga senantiasa melakukan perbuatan baik agar dosa yang dilakukannya diampuni oleh Allah Swt.
Perilaku yang ditunjukkan Indah disebut tobat. Indah melakukan perbuatan dosa dan ia menyesali perbuatan tersebut. Indah selanjutnya meminta maaf kepada orang yang digunjingnya kemudian memohon ampun kepada Allah Swt. Pada masa selanjutnya, Indah berjanji tidak akan melakukan perbuatan tersebut kembali.
Membiasakan Perilaku Tobat
Tobat merupakan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan dengan segara. Pengetahuan tentang bahaya dosa akan menyebabkan seseorang menyadari kewajibannya dan mencegah dirinya dari perbuatan dosa.
Tobat yang diperintahkan kepada manusia adalah tobat nasuha, yaitu tobat yang semurni-murninya. Nasuha juga dapat diartikan murni semata-mata karena Allah Swt. tanpa ada hal-hal yang mengotorinya. Perhatikan firman Allah Swt. berikut ini.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ تُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ تَوۡبَةٗ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمۡ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمۡ سَئَِّاتِكُمۡ وَيُدۡخِلَكُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ يَوۡمَ لَا يُخۡزِي ٱللَّهُ ٱلنَّبِيَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥۖ نُورُهُمۡ يَسۡعَىٰ بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَبِأَيۡمَٰنِهِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتۡمِمۡ لَنَا نُورَنَا وَٱغۡفِرۡ لَنَآۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ
Terjemahannya.
Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka berkata, ”Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”(Q.S. at-Tahrim : 8)
Tobat nasuha merupakan tobat yang diperintahkan oleh Allah Swt. Tobat tidak hanya sekadar diucapkan di lidah, tetapi diwujudkan dengan perbuatan. Tobat juga bukan permohonan ampun kepada Allah Swt. melalui orang lain. Ada dua kesalahan pemahaman tentang tobat yang terjadi di tengah masyarakat. Pertama, tobat melalui perantaraan orang lain. Tobat dalam Islam bukan melalui orang lain. Tobat dalam Islam merupakan persoalan pribadi antara seorang hamba dengan Tuhannya. Jadi, seorang hamba mengadukan atau memohon secara langsung kepada Allah Swt. tanpa melalui perantaraan orang lain. Kedua, bahwa tobat hanya perkataan di lidah. Tobat tidak hanya di lidah, tetapi diwujudkan dalam perbuatan.
Ada beberapa tahap yang harus dilalui oleh seseorang yang akan bertobat. Tahap-tahap tersebut sebagai berikut.
1. Menyesal dalam Hati
Menyesal dalam hati merupakan tahapan pertama tobat. Penyesalan dalam hati berkaitan dengan tobat diartikan dengan perasaan, emosi, atau gerak hati yang berbentuk penyesalan dalam diri manusia atas perbuatan dosa yang dilakukannya terhadap Allah swt., sesama makhluk, dan dirinya sendiri.
Penyesalan atas perbuatan dosa yang telah dilakukan akan mengantarkan seseorang menuju tahap berikutnya dalam bertobat. Bagian terpenting dari penyesalan ini adalah memunculkan rasa sesal yang teramat dalam atas segala perbuatan dosa yang pernah dilakukannya. Bahkan, ketika mengingat perbuatan dosa yang dilakukan hati terasa sakit bagai teriris pisau. Penyesalan dalam hati bukan dilakukan dengan menyakiti diri sendiri, mengucilkan diri dari pergaulan, dan berbagai tindakan lainnya.
2. Memohon Ampun dengan Lisan
Tahap kedua dalam bertobat kepada Allah swt. adalah memohon ampun dengan lisan. Memohon ampun kepada Allah swt. atas perbuatan dosa yang dilakukan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Selama ini anda berpikir bahwa memohon ampun hanya dapat dilakukan dengan cara membaca istigfar. Memohon ampun kepada Allah Swt. bukan hanya dapat dilakukan dengan membaca bacaan istigfar. Masih banyak bacaan lain yang dapat dipergunakan untuk memohon ampun kepada Allah Swt.
Ketika memohon ampun kepada Allah Swt. Anda tidak hanya dapat membaca bacaan “astagfirullahal azim” akan tetapi, Anda juga dapat membaca lafal lain seperti lafaz “zolamna anfusana wa in lam tagfirlana watarhamna lanakunanna minalkhasirin" atau "la ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minazz alimin". Bagaimana jika seseorang tidak mampu memohon ampun dengan bahasa Arab?
Jika seseorang tidak mampu berbahasa Arab, ia dapat memohon ampun kepada Allah Swt. memakai bahasa lain asalkan diucapkan dengan tulus dan sungguh-sungguh. Permohonan ampun kepada Allah Swt. hendaknya diucapkan dengan kata-kata yang jelas. Kata-kata yang jelas merupakan pertanda bahwa permohonan tersebut sungguh-sungguh.
Ternyata, tidak sulit untuk memohon ampun dengan lisan kepada Allah Swt. Jika tidak mampu menggunakan bahasa Arab dapat menggunakan bahasa lain yang dipahami. Sungguh, Islam adalah agama yang memberi kemudahan kepada penganutnya.
3. Berjanji untuk Tidak Melakukan Dosa Lagi
Berjanji untuk tidak melakukan dosa lagi merupakan tahapan terakhir tobat. Janji itu tidak hanya sekadar diucapkan di bibir, tetapi diwujudkan dalam perbuatan. Tindakan yang dapat mendekatkan seseorang dari perbuatan dosa yang serupa juga harus dihindari. Tahapan ketiga ini merupakan tahapan yang paling berat dan sulit. Tahapan ketiga ini membutuhkan tindakan nyata.
Perbanyaklah berbuat baik dan beramal saleh. Bersedekah, membantu sesama yang membutuhkan, menyantuni anak yatim, mengasihi fakir miskin, dan berbagai tindakan mulia lainnya dapat dilakukan. Tindakan tersebut dilakukan untuk mengubah perilaku dari perbuatan maksiat pada perbuatan baik yang diridai Allah Swt. (Sa’id H awwa. 2006.)
Tingkatan Pelaku Tobat
Uraian di atas menunjukkan beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam rangka bertobat kepada Allah Swt. Selanjutnya, ada empat tingkatan orang yang bertobat. Keempat tingkatan tersebut merujuk pada tingkat konsistensi orang yang bertobat dalam menjalankan tobatnya. Adapun tingkatan tersebut sebagai berikut.
Pertama, Seseorang yang bertobat dari kemaksiatan dengan totalitas dan konsisten hingga ia meninggal dunia.
Inilah tingkatan pertama orang yang bertobat kepada Allah Swt. Tidak tebersit sedikit pun dalam hatinya untuk melakukan perbuatan dosa. Ia membayar seluruh ibadah-ibadah yang ditinggalkannya. Seseorang yang berada pada tingkatan pertama ini istiqamah dalam menjalankan tobat hingga akhir hayatnya. Mereka yang berada pada tingkatan pertama ini terbagi menjadi dua dilihat dari segi menundukkan syahwat, yaitu:
- Orang yang bertobat dan syahwatnya telah berhasil ditundukkan. Oleh karena itu, ia tidak lagi disibukkan dengan perlawanan terhadap syahwatnya.
- Orang yang bertobat tetapi belum berhasil menundukkan syahwatnya secara total. Oleh karena itu, ia secara terus-menerus melakukan perlawanan terhadap syahwatnya.
Kedua, Seseorang yang bertobat dengan konsisten mengerjakan ibadah wajib dan meninggalkan dosa besar.
Inilah golongan yang menempati tingkatan kedua orang yang bertobat. Mereka yang termasuk dalam tingkatan ini kadang tergelincir dalam perbuatan dosa yang tidak sengaja dilakukannya. Mereka mencela diri sendiri dan terus-menerus berusaha untuk menjauhkan diri dari perbuatan dosa.
Mereka yang berada dalam tingkatan ini masih sulit untuk bertobat secara total. Kemaksiatan telah mendarah daging dalam dirinya sehingga ia masih tergoda untuk melakukan perbuatan maksiat. Mereka yang masuk dalam tingkatan ini harus memperbanyak amal saleh agar amal baiknya lebih berat daripada amal buruk.
Ketiga, Seseorang yang bertobat dengan konsisten dalam beberapa lama, tetapi dalam perjalanannya ia kadang dikalahkan oleh syahwat sehingga melakukan perbuatan dosa dengan sengaja.
Mereka yang berada dalam tingkatan ketiga ini selalu berusaha untuk mengerjakan ketaatan dan meninggalkan perbuatan dosa, meskipun mereka dapat melakukan perbuatan dosa dan mengalahkan syahwatnya. Mereka berharap Allah Swt. memberi kekuatan kepada mereka agar terlepas dari belenggu syahwat.
Keempat, Seseorang yang bertobat hanya sesaat kemudian kembali lagi melakukan kemaksiatan, tanpa ada keinginan lagi untuk bertobat, perasaan bersalah, dan menyesal atas perbuatan yang dikerjakannya. Mereka justru tenggelam dalam kenikmatan syahwatnya. Mereka yang termasuk dalam tingkatan ini termasuk golongan musirrin (orang yang selalu melakukan dosa).
Bertobat kepada Allah Swt. atas perbuatan dosa harus segera dilakukan. Jangan menunda-nunda tobat karena tidak ada yang tahu dengan pasti waktu ajal menjemput. Bisa jadi ajal menjemput sebelum seseorang bertobat. Menunda-nunda tobat bukan perbuatan yang harus ditiru atau dilakukan. Menunda tobat sama dengan membiarkan akar pohon menjadi kuat.
Gambaran bagi mereka yang menunda tobat bagaikan seseorang y ang tidak mau bersusah payah mencabut akar pohon sehingga membiarkannya beberapa tahun. Ia datang lagi untuk mencabut pohon tersebut. Dibutuhkan usaha yang lebih keras untuk mencabutnya karena akar-akar pohon telah berkembang dan tumbuh menjadi lebih kuat. Lebih baik bersusah payah sekarang sebelum akar tertanam lebih dalam daripada harus bekerja lebih keras untuk mencabut pohon yang akarnya telah berkembang dan tertanam lebih dalam.
Seseorang yang menyegerakan tobat akan terbantu untuk mencabut akar pohon yang belum tertanam begitu dalam. Orang yang segera bertobat akan terbantu mencabut akar dosa yang tertanam dalam hati. Selagi akar dosa belum tertanam dalam hati, segeralah bertobat agar terhapus dosa dari dalam diri. Jika ajal datang menjelang, tidak ada lagi perbuatan maksiat yang harus dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, segeralah bertobat, bahkan berusahalah untuk tidak melakukan perbuatan dosa dan maksiat.
Hati manusia ibarat kaca yang bening dan bersih. Perbuatan dosa merupakan kotoran yang menempel pada kaca. Jika ada sedikit kotoran yang menempel dan segera dibersihkan, kaca akan bersih dan bening kembali. Jika kotoran yang sedikit dibiarkan, kotoran tersebut akan menumpuk dan berkarat. Jika sudah berkarat, kotoran akan sulit dihilangkan. Kaca menjadi kotor dan kusam. Kaca yang dirawat dan dibersihkan setiap saat akan tetap bersih dan bening. Begitu juga dengan hati manusia. Jika ada dosa dan segera dibersihkan, hati akan senantiasa bersih. Sebaliknya, jika dosa dibiarkan, lama-kelamaan menjadi banyak dan berkarat. Seseorang akan sulit untuk membersihkannya jika dosa telah berkarat dalam hati.
Perbuatan dosa yang kecil-kecil akan menjadi besar jika terus-menerus dilakukan. Ingat! Satu perbuatan dosa terlalu banyak dibanding seratus atau seribu amal baik. Oleh karena itu, memohon ampun kepada Allah Swt. harus dilakukan setiap saat agar segala dosa yang kita perbuat terampuni. (Husni Thoyar: 2011)