Bersuci dari najis mencakup besuci dari najis setelah buang air besar maupun kecil, yang disebut istinja dan mensucikan badan dan benda-benda lainnya yang dikenai najis.
Sebagaimana sama-sama telah kita ketahui bahwa, istinja adalah membersihkan qubul maupun dubur dari najis yang keluar dari padanya. Dengan beristinja berarti membersihkan anggota badan yang berfungsi sebagai alat untuk mengeluarkan sisa-sias makanan maupun minuman yang sudah tidak berguna lagi bagi tubuh.
Apabila kedua alat tersebut tidak dibersihkan, maka sama saja dengan membiarkan baksil-baksil dan bibit penyakit yang ada pada sisa makanan dan minuman tersebut bersarang di kedua alat tubuh, dan akan menagancam kesehatan jasmani.
Disamping itu, apabila tidak beristinja, berarti badan tidak suci dari najis, sedangkan sucinya badan dari najis adalah salah satu syarat syahnya shalat.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah melewati dua kuburan yang menyangkut masalah istinja sebagai berikut dalam hadis dibawah ini yang artinya
Bahwasanya Nabi SAW melalui dua buah kuburan, maka beliaupun bersabda: "kedua orang yang berada di dalam kubur ini disiksa. Yang seorang disiksa karena ia suka mengadu domba orang lain, dan yang seorang lagi disiksa karena ia tidak beristinja waktu setelah kencingnya. (Mutafaqun alaihi).
Hadis ini menjelaskan bahwa beristinja juga menyangkut kehormatan dan akhlaq seseorang.
Sebagiamana diketahui bahwasanya agama Islam adalah agama yang mementingkan kebersihan, baik lahir maupun batin.
Dalam surat al-Muddatstsir ayat 4 yang artinya : Dan pakaianmu bersihkanlah, dan segala bentuk kotoran termasuk berhala jauhaliyah Allah SWT menyatakan betapa kebersihan lahir dan batin itu harus dipadukan, sebab keduanya saling berhubungan.
Nabi SAW bersabda dalam hadisnya yang artinya, Jagalah selalu kebersihan sedapat mungkin karena Allah SWT membangun Islam di atas kebersihan, dan tidak akan masuk surga kecuali orang yang bersih (H.R At-Thabrani).
Sehubungan dengan itu maka, hikmah yang terkandung dalam mensucikan badan, pakaina maupun benda-benda lainnya dari najis adalah :
1. Untuk memelihara kesehatan jasmani
Dengan membersihkan badan, maupun benda lainnya dari kotoran, berarti membersihkannya dari gangguan bibit penyakit dan zat-zat berbahaya lainnya yang merusak kesehatan tubuh.
2. Untuk memelihara kesehatan rohani
Kesehatan rohani banyak dipengaruhi oleh kesehatan jasmani, orang yang dirinya berpenyakit daya ingat dan ketenangan jiwanya berpengaruh.
Selain itu apabila badan seseorang tidak bersih, perasaannyapun aman dari sikap kecewa orang lain terhdapanya. Dengan demikian jelaslah apabila jasmani sehat rohanipun akan ikut sehat pula.
3. Untuk memelihara sikap dan akhlaqul karimah
Dalam ibadah kepada Allah SWT diperlukan sikap jiwa yang bersih dari kotoran batin, seperti sikap tidak percaya terhadap diri sendiri. Orang yang bersih jasmaninya mempunyai sikap percaya diri bahwa ibadahnya di hadapan Allah SWT akan diterima dengan kebersihan dirinya sekaligus. Dengan demikian maka, bersih dari lahir batin berarti, pemeliharaan akhlaqul karimah dalam ibadah kepada Tuhan.
Hikmah Istinja
Sebagaimana sama-sama telah kita ketahui bahwa, istinja adalah membersihkan qubul maupun dubur dari najis yang keluar dari padanya. Dengan beristinja berarti membersihkan anggota badan yang berfungsi sebagai alat untuk mengeluarkan sisa-sias makanan maupun minuman yang sudah tidak berguna lagi bagi tubuh.
Apabila kedua alat tersebut tidak dibersihkan, maka sama saja dengan membiarkan baksil-baksil dan bibit penyakit yang ada pada sisa makanan dan minuman tersebut bersarang di kedua alat tubuh, dan akan menagancam kesehatan jasmani.
Disamping itu, apabila tidak beristinja, berarti badan tidak suci dari najis, sedangkan sucinya badan dari najis adalah salah satu syarat syahnya shalat.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah melewati dua kuburan yang menyangkut masalah istinja sebagai berikut dalam hadis dibawah ini yang artinya
Bahwasanya Nabi SAW melalui dua buah kuburan, maka beliaupun bersabda: "kedua orang yang berada di dalam kubur ini disiksa. Yang seorang disiksa karena ia suka mengadu domba orang lain, dan yang seorang lagi disiksa karena ia tidak beristinja waktu setelah kencingnya. (Mutafaqun alaihi).
Hadis ini menjelaskan bahwa beristinja juga menyangkut kehormatan dan akhlaq seseorang.
Hikmah Mensucikan Badan dan Benda Lainnya dari Najis
Sebagiamana diketahui bahwasanya agama Islam adalah agama yang mementingkan kebersihan, baik lahir maupun batin.
Dalam surat al-Muddatstsir ayat 4 yang artinya : Dan pakaianmu bersihkanlah, dan segala bentuk kotoran termasuk berhala jauhaliyah Allah SWT menyatakan betapa kebersihan lahir dan batin itu harus dipadukan, sebab keduanya saling berhubungan.
Nabi SAW bersabda dalam hadisnya yang artinya, Jagalah selalu kebersihan sedapat mungkin karena Allah SWT membangun Islam di atas kebersihan, dan tidak akan masuk surga kecuali orang yang bersih (H.R At-Thabrani).
Sehubungan dengan itu maka, hikmah yang terkandung dalam mensucikan badan, pakaina maupun benda-benda lainnya dari najis adalah :
1. Untuk memelihara kesehatan jasmani
Dengan membersihkan badan, maupun benda lainnya dari kotoran, berarti membersihkannya dari gangguan bibit penyakit dan zat-zat berbahaya lainnya yang merusak kesehatan tubuh.
2. Untuk memelihara kesehatan rohani
Kesehatan rohani banyak dipengaruhi oleh kesehatan jasmani, orang yang dirinya berpenyakit daya ingat dan ketenangan jiwanya berpengaruh.
Selain itu apabila badan seseorang tidak bersih, perasaannyapun aman dari sikap kecewa orang lain terhdapanya. Dengan demikian jelaslah apabila jasmani sehat rohanipun akan ikut sehat pula.
3. Untuk memelihara sikap dan akhlaqul karimah
Dalam ibadah kepada Allah SWT diperlukan sikap jiwa yang bersih dari kotoran batin, seperti sikap tidak percaya terhadap diri sendiri. Orang yang bersih jasmaninya mempunyai sikap percaya diri bahwa ibadahnya di hadapan Allah SWT akan diterima dengan kebersihan dirinya sekaligus. Dengan demikian maka, bersih dari lahir batin berarti, pemeliharaan akhlaqul karimah dalam ibadah kepada Tuhan.