Novel merupakan karya sastra yang banyak digmeari oleh semua umur, dimulai dari anak remaja, orang dewasa, dan orang tua. Penulisan novel di Indonesia sudah dimulai sejak lama, dan terus berkembang sesuai dengan zamannya, lalu apa itu sebenarnya novel? dan apa saja unsur-unsur yang membangun novel?.
Dalam kamus istilah sastra dikemukakan bahwa novel adalah prosa rekaan yang paling panjang yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menerapkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun. (Sujiman, 1994). Secara sederhana, pengertian novel dikemukakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdekbud) bahwa, Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat-sifat pelaku. Novel sering juga disebut sebagai roman.
Secara etimologi, novel berasal dari kata latin "Novellus" yang diturunkan dari kata novles yang berarti "Baru". Sedangkan secara istilah Novel sebagai salah satu jenis karya sastra dapat didefinisikan sebagai pemakaian bahasa yang indah dan menimbulkan rasa seni pada pembaca. Sedangkan menurut Jassin (1991: 64-65), Novel adalah suatu karya prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian luar biasa dari kehidupan orang-orang (tokoh cerita) dari kejadian ini timbul konflik suatu pertikaian yang mengalihkan urusan nasib mereka.
Sebagian ahli juga mengatakan bahwa novel adalah suatu cerita dengan plot yang cukup panjang mengenai satu atau lebih buku yang menggarap kehidupan laki-laki dan wanita yang bersifat imajinatif. Adapun ciri-ciri novel antara lain: (a) Tergantung pada pelakunya. (b) Menyajikan lebih dari satu impresi. (c)Menyajikan lebih dari satu efek, dan (d)Menyajikan lebih dari satu emosi
Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam definisi novel bahwa di dalam pengertian novel ada beberapa unsur yang membangun. Pada hakikatnya novel dibangun oleh dua unsur yaitu:
1. Unsur luar (ekstrinsik)
Unsur yang berada diluar cerita yang ikut mempengaruhi kehadiran karya tersebut. Misalnya: faktor sosial, ekonomi, kebudayaan, politik, keagamaan,dan tata nilai yang dianut masyarakat Membicarakan unsur yang membangun sebuah karya sastra fiksi termasuk novel, unsur luar sulit dibicarakan karena unsur luar merupakan bagian yang teramat luas tentang segi-segi kehidupan dalam segala aspek.
2. Unsur dalam (intrinsik)
Unsur yang membentuk fiksi tersebut seperti perwatakan, tema, alur/plot, pusat pengisahan, latar dan gaya bahasa.
a. Tema
Tema adalah gagasan utama atau pokok pikiran. Tema pada suatu karya sastra imajinatif merupakan pikiran yang akan ditemukan oleh setiap pembaca yang cermat sebagai akibat membaca karya sastra. Tema adalah karya sastra secara keseluruhan sehingga didalam novel, menentukan panjang waktu yang diperlukan untuk mengungkapkan isi cerita. Brooks dan warren dalam Tarigan (1985: 56) mengemukakan tema adalah dasar atau makna suatu cerita (novel). Tema merupakan pandangan hidup tertentu atau perasaan yang membentuk atau membangun dasar atau gagasan utama dari karya fiksi.
b. Alur/Plot
Alur/Plot pada hakikatnya adalah jalan cerita atau rangkaian kejadian. Brook dalam Tarigan (1985: 126) mengemukakan “Alur adalah struktur gerak yang terdapat dalam fiksi dan drama”. Alur cerita dalam suatu novel pada umumnya terdiri atas beberapa bagian diantaranya; (1)Bagian Pembuka yaitu: situasi yang mulai tebentang sebagai suatu kondisi permulaan yang akan dilanjutkan dengan kondisi berikut. (2) Bagian Tengah yaitu: kondisi bergerak kearah yang mulai memuncak. Bagian Puncak yaitu: kondisi mencapai titik puncak sebagai klimaks, peristiwa, danBagian Penutup yaitu: kondisi yang memuncak sebelumnya mulai menampakkan pemecahan masalah atau penyelesaian.
c. Tokoh dan Penokohan
(1) Tokoh atau pelaku adalah orang yang mengembang peristiwa dalam cerita sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Cara menggambarkan atau menampilkan tokoh/pelaku yaitu pengarang menggambarkan beberapa sifat-sifat khas tokoh, kualitas nalar, sikap, tingkah laku dan jiwa yang dapat membedakan dengan tokoh lainnya.
Setiap cerita terdapat banyak tokoh yang memiliki peranan yang berbeda sehingga dikenal adanya tokoh utama dan tokoh tambahan. Aminuddin (1987: 80) mengemukakan pada dasarnya ada dua kategori tokoh berdasarkan peranan dalam cerita, yaitu tokoh uatama dan tokoh tambahan atau tokoh pembantu. Tokoh utama adalah tokoh yang memegang peranan penting dalam suatu cerita. Sedangkan tokoh tambahan yaitu tokoh yang tidak terlalu penting perananya, karena hanya melengkapi, melayani,dan mendukung pelaku utama. tokoh dapat dibagi berdasarkan fungsi penampilannya terdapat beberapa tokoh diantaranya;
Pertama, tokoh protagonis yakni tokoh yang menarik simpati dan empati pembaca atau penonton, ia adalah tokoh yang memegang pimpinan tokoh sentral. Kedua tokoh antagonis yakni pelaku yang tidak disenangi pembaca atau pelaku yang mengimbangi atau membayang-bayangi bahkan menjadi musuh pelaku utama. Ketiga, tokoh Tritagonis yakni tokoh yang berpihak kepada antagonis atau berfungsi sebagai penengah pertentangan tokoh-tokoh itu.
(2) Penokohan, adalah sifat atau ciri khas pelaku yang diceritakan. Masalah penokohan dan perwatakan merupakan salah satu diantara beberapa unsur dalam karya fiksi yang kehadirannya sangat memegang peranan penting. Istilah penokohan lebih luas pengertiannya sebab ia sekaligus mencakup masalah setiap tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sebagai salah satu unsur pembangun lainnya. Jika fiksi yang bersangkutan merupakan suatu karya yang berhasil penokohan terjalin secara harmonis dan saling melengkapi dengan unsur lain.
Penilaian terhadap cerita merupakan ukuran tentang berhasil tidaknya pengarang mengisi cerita-cerita itu dengan karakter-karakter yang menggambarkan manusia sebenarnya supaya pembaca dapat memahami ide dan emosinya. Pelaku yang mengemban peristiwa dalam karya fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut tokoh. Sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku saja disebut penokohan.
d. Karakter pelaku
Di dalam karya sastra mungkin tidak seluruh jenis penggambaran itu bisa ditemukan. Ada pengarang yang hanya gemar menggunakan jenis-jenis tertentu. Namun, penggambaran watak atau karakter tersebut dilakukan di dalam suatu peristiwa atau dalam hubungan aksi tokoh, baik yang sedang telah dilakukan. Ujian terhadap bagaimana karakter/watak yang sesungguhnya dari seorang tokoh di dalam sebuah karya sastra ialah tatkala bagaimana sikapnya dalam berhadapan dengan konflik-konflik yang ada dalan karya sastra tersebut. Dengan demikian akan terlihat hubungan antara peristiwa dengan konflik dengan perwatakan/karakter. Karakter dapat pula disebut watak, tabiat, sifat, corak pribadi. Sedangkan secara sederhana karakter adalah kondisi jiwa manusia yang diakibatkan oleh faktor dari dalam maupun dari luar yang membedakan dengan orang lain.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang atau pusat pengisahan adalah cara pengarang mempatkan diri atau melibatkan diri dalam cerita. Brooks dalam Tarigan (1985: 138) mengemukakan cara pengisahan atau sudu pandang diantarannya; (1) Tokoh utama menceritakan diri sendiri. Hal ini bias dikatakan”Aku”. (2) Cerita itu dapat disalurkan oleh peninjau yang merupakan seorang partisipasi dalam cerita itu. (3) Pengarang bertindak sebagai peninjau saja. (4) Cerita dapat dituturkan oleh pengarang sebagai orang ketiga
f. Latar
Latar adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi, latar belakang fiksi, unsur dan ruang dalam suatu cerita. Dalam konteks latar segala yang berkaitan dengan tempat, waktu, musim, periode. Kejadian-kejadian disekitar peristiwa cerita semua termasuk latar. Latar sebagai salah satu unsur fiksi, sebagai fakta cerita yang bersamaan unsur-unsur lain membentuk cerita. Latar berhubungan langsung dan mempengaruhi pengaluran dan penokohan. Latar sebagai bagian cerita yang tak terpisahkan. Disamping itu, latar juga dapat dilihat dari sisi fungsi yang lain, yang lebih mengarah pada fungsi latar sebagai pembangkit tanggapan atau suasana tertentu dalam cerita.
g. Gaya Bahasa
Setiap pengarang biasa pula gaya bahasa sebagai ciri khas setiap karyanya. Pada umumnya gaya penceritaan seorang pengarang tetap, sehingga tidak tertutup kemungkinan tanpa melihat pengarang sebuah novel dapat diketahui siapa pengarangnya. Bahasa adalah media pengarang untuk menyampaikan suatu topic dalam cerita. Bahasa sebuah karya fiksi sangat memegang peranan penting, karena salah satu daya tarik mengapa seseorang ingin membaca terus suatu cerita hinggga tuntas adalah karena bahasa yang menarik.
Menurut Tarigan (1985: 153) menyatakan “bahwa berhasil tidaknya seorang pengarang fiksi justru tergantung dari percakapannya mempergunakan gaya bahasa yang serasi dalam karyanya”. Selain itu, Brook dan Werren dalam Tarigan (1985: 154) mengemukakan: Penggunaan gaya bahasa bukan harus berdiri sendiri melainkan harus berkaitan erat dengan strukturnya. Keduanya dipergunakan untuk menunjukkan cara sang pengarang mengatur serta menata bahan-bahannya untuk menyajikan efeknya, akan tetapi struktur biasanya dipergunakan dengan penunjukkanya yang lebih khusus terhadap penyusunan kata-katanya.
Pengertian Novel
Dalam kamus istilah sastra dikemukakan bahwa novel adalah prosa rekaan yang paling panjang yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menerapkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun. (Sujiman, 1994). Secara sederhana, pengertian novel dikemukakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdekbud) bahwa, Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat-sifat pelaku. Novel sering juga disebut sebagai roman.
Secara etimologi, novel berasal dari kata latin "Novellus" yang diturunkan dari kata novles yang berarti "Baru". Sedangkan secara istilah Novel sebagai salah satu jenis karya sastra dapat didefinisikan sebagai pemakaian bahasa yang indah dan menimbulkan rasa seni pada pembaca. Sedangkan menurut Jassin (1991: 64-65), Novel adalah suatu karya prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian luar biasa dari kehidupan orang-orang (tokoh cerita) dari kejadian ini timbul konflik suatu pertikaian yang mengalihkan urusan nasib mereka.
Sebagian ahli juga mengatakan bahwa novel adalah suatu cerita dengan plot yang cukup panjang mengenai satu atau lebih buku yang menggarap kehidupan laki-laki dan wanita yang bersifat imajinatif. Adapun ciri-ciri novel antara lain: (a) Tergantung pada pelakunya. (b) Menyajikan lebih dari satu impresi. (c)Menyajikan lebih dari satu efek, dan (d)Menyajikan lebih dari satu emosi
Unsur yang Membangun Novel
Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam definisi novel bahwa di dalam pengertian novel ada beberapa unsur yang membangun. Pada hakikatnya novel dibangun oleh dua unsur yaitu:
1. Unsur luar (ekstrinsik)
Unsur yang berada diluar cerita yang ikut mempengaruhi kehadiran karya tersebut. Misalnya: faktor sosial, ekonomi, kebudayaan, politik, keagamaan,dan tata nilai yang dianut masyarakat Membicarakan unsur yang membangun sebuah karya sastra fiksi termasuk novel, unsur luar sulit dibicarakan karena unsur luar merupakan bagian yang teramat luas tentang segi-segi kehidupan dalam segala aspek.
2. Unsur dalam (intrinsik)
Unsur yang membentuk fiksi tersebut seperti perwatakan, tema, alur/plot, pusat pengisahan, latar dan gaya bahasa.
a. Tema
Tema adalah gagasan utama atau pokok pikiran. Tema pada suatu karya sastra imajinatif merupakan pikiran yang akan ditemukan oleh setiap pembaca yang cermat sebagai akibat membaca karya sastra. Tema adalah karya sastra secara keseluruhan sehingga didalam novel, menentukan panjang waktu yang diperlukan untuk mengungkapkan isi cerita. Brooks dan warren dalam Tarigan (1985: 56) mengemukakan tema adalah dasar atau makna suatu cerita (novel). Tema merupakan pandangan hidup tertentu atau perasaan yang membentuk atau membangun dasar atau gagasan utama dari karya fiksi.
b. Alur/Plot
Alur/Plot pada hakikatnya adalah jalan cerita atau rangkaian kejadian. Brook dalam Tarigan (1985: 126) mengemukakan “Alur adalah struktur gerak yang terdapat dalam fiksi dan drama”. Alur cerita dalam suatu novel pada umumnya terdiri atas beberapa bagian diantaranya; (1)Bagian Pembuka yaitu: situasi yang mulai tebentang sebagai suatu kondisi permulaan yang akan dilanjutkan dengan kondisi berikut. (2) Bagian Tengah yaitu: kondisi bergerak kearah yang mulai memuncak. Bagian Puncak yaitu: kondisi mencapai titik puncak sebagai klimaks, peristiwa, danBagian Penutup yaitu: kondisi yang memuncak sebelumnya mulai menampakkan pemecahan masalah atau penyelesaian.
c. Tokoh dan Penokohan
(1) Tokoh atau pelaku adalah orang yang mengembang peristiwa dalam cerita sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Cara menggambarkan atau menampilkan tokoh/pelaku yaitu pengarang menggambarkan beberapa sifat-sifat khas tokoh, kualitas nalar, sikap, tingkah laku dan jiwa yang dapat membedakan dengan tokoh lainnya.
Setiap cerita terdapat banyak tokoh yang memiliki peranan yang berbeda sehingga dikenal adanya tokoh utama dan tokoh tambahan. Aminuddin (1987: 80) mengemukakan pada dasarnya ada dua kategori tokoh berdasarkan peranan dalam cerita, yaitu tokoh uatama dan tokoh tambahan atau tokoh pembantu. Tokoh utama adalah tokoh yang memegang peranan penting dalam suatu cerita. Sedangkan tokoh tambahan yaitu tokoh yang tidak terlalu penting perananya, karena hanya melengkapi, melayani,dan mendukung pelaku utama. tokoh dapat dibagi berdasarkan fungsi penampilannya terdapat beberapa tokoh diantaranya;
Pertama, tokoh protagonis yakni tokoh yang menarik simpati dan empati pembaca atau penonton, ia adalah tokoh yang memegang pimpinan tokoh sentral. Kedua tokoh antagonis yakni pelaku yang tidak disenangi pembaca atau pelaku yang mengimbangi atau membayang-bayangi bahkan menjadi musuh pelaku utama. Ketiga, tokoh Tritagonis yakni tokoh yang berpihak kepada antagonis atau berfungsi sebagai penengah pertentangan tokoh-tokoh itu.
(2) Penokohan, adalah sifat atau ciri khas pelaku yang diceritakan. Masalah penokohan dan perwatakan merupakan salah satu diantara beberapa unsur dalam karya fiksi yang kehadirannya sangat memegang peranan penting. Istilah penokohan lebih luas pengertiannya sebab ia sekaligus mencakup masalah setiap tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sebagai salah satu unsur pembangun lainnya. Jika fiksi yang bersangkutan merupakan suatu karya yang berhasil penokohan terjalin secara harmonis dan saling melengkapi dengan unsur lain.
Penilaian terhadap cerita merupakan ukuran tentang berhasil tidaknya pengarang mengisi cerita-cerita itu dengan karakter-karakter yang menggambarkan manusia sebenarnya supaya pembaca dapat memahami ide dan emosinya. Pelaku yang mengemban peristiwa dalam karya fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut tokoh. Sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku saja disebut penokohan.
d. Karakter pelaku
Di dalam karya sastra mungkin tidak seluruh jenis penggambaran itu bisa ditemukan. Ada pengarang yang hanya gemar menggunakan jenis-jenis tertentu. Namun, penggambaran watak atau karakter tersebut dilakukan di dalam suatu peristiwa atau dalam hubungan aksi tokoh, baik yang sedang telah dilakukan. Ujian terhadap bagaimana karakter/watak yang sesungguhnya dari seorang tokoh di dalam sebuah karya sastra ialah tatkala bagaimana sikapnya dalam berhadapan dengan konflik-konflik yang ada dalan karya sastra tersebut. Dengan demikian akan terlihat hubungan antara peristiwa dengan konflik dengan perwatakan/karakter. Karakter dapat pula disebut watak, tabiat, sifat, corak pribadi. Sedangkan secara sederhana karakter adalah kondisi jiwa manusia yang diakibatkan oleh faktor dari dalam maupun dari luar yang membedakan dengan orang lain.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang atau pusat pengisahan adalah cara pengarang mempatkan diri atau melibatkan diri dalam cerita. Brooks dalam Tarigan (1985: 138) mengemukakan cara pengisahan atau sudu pandang diantarannya; (1) Tokoh utama menceritakan diri sendiri. Hal ini bias dikatakan”Aku”. (2) Cerita itu dapat disalurkan oleh peninjau yang merupakan seorang partisipasi dalam cerita itu. (3) Pengarang bertindak sebagai peninjau saja. (4) Cerita dapat dituturkan oleh pengarang sebagai orang ketiga
f. Latar
Latar adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi, latar belakang fiksi, unsur dan ruang dalam suatu cerita. Dalam konteks latar segala yang berkaitan dengan tempat, waktu, musim, periode. Kejadian-kejadian disekitar peristiwa cerita semua termasuk latar. Latar sebagai salah satu unsur fiksi, sebagai fakta cerita yang bersamaan unsur-unsur lain membentuk cerita. Latar berhubungan langsung dan mempengaruhi pengaluran dan penokohan. Latar sebagai bagian cerita yang tak terpisahkan. Disamping itu, latar juga dapat dilihat dari sisi fungsi yang lain, yang lebih mengarah pada fungsi latar sebagai pembangkit tanggapan atau suasana tertentu dalam cerita.
g. Gaya Bahasa
Setiap pengarang biasa pula gaya bahasa sebagai ciri khas setiap karyanya. Pada umumnya gaya penceritaan seorang pengarang tetap, sehingga tidak tertutup kemungkinan tanpa melihat pengarang sebuah novel dapat diketahui siapa pengarangnya. Bahasa adalah media pengarang untuk menyampaikan suatu topic dalam cerita. Bahasa sebuah karya fiksi sangat memegang peranan penting, karena salah satu daya tarik mengapa seseorang ingin membaca terus suatu cerita hinggga tuntas adalah karena bahasa yang menarik.
Menurut Tarigan (1985: 153) menyatakan “bahwa berhasil tidaknya seorang pengarang fiksi justru tergantung dari percakapannya mempergunakan gaya bahasa yang serasi dalam karyanya”. Selain itu, Brook dan Werren dalam Tarigan (1985: 154) mengemukakan: Penggunaan gaya bahasa bukan harus berdiri sendiri melainkan harus berkaitan erat dengan strukturnya. Keduanya dipergunakan untuk menunjukkan cara sang pengarang mengatur serta menata bahan-bahannya untuk menyajikan efeknya, akan tetapi struktur biasanya dipergunakan dengan penunjukkanya yang lebih khusus terhadap penyusunan kata-katanya.