Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli

Belajar merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia. Dengan belajar manusia akan mengenal atau mengetahui apa yang sebelumnya belum diketahui. Atau belajar merupakan proses yang dilakukan untuk menggali terus ilmu pengetahuan yang ada di alam raya ini. Lalu apa pengertian belajar menurut para ahli? Berikut uraian belajar menurut para ahli.

Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli
pixabay.com


Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli


“Pada hakekatnya belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri individu. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat dilihat dari berbagai bentuk perubahan pada segi pengetahuan, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan serta aspek-aspek lainya pada individu belajar sebagai anggota masyarakat (Syaiful Sangala, 2003).

Menurut teori Behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menujukkan perubahan tingkah lakunya. Sebagai contoh, anak belum dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat, dan gurunyapun sudah mengajarkannya dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar (Asri Budiningsih, 2008: 20).

Dalam Syaiful Sangala (2003), belajar menurut Gagne adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah prilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Belajar menurut Morgan adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Sedangkan Henry E.Garret berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu, kemudian Lester D. Crow mengemukakan bahwa belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap.

Menurut Thorndike belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan siswa ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan (Asri Budiningsih, 2008: 21).

Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dan latihan atau pengalaman (BSNP, 2007:4).

Menurut Syah (2009) belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-prubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Hamalik (2009) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Chaplin (Syah 2009:65) membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama dikemukakan bahwa belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya yaitu belajar adalah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang telah dikatakan belajar apabila pada dirinya telah terjadi perubahan tingkah laku maupun telah memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap, yang semuanya diperoleh berdasarkan pengalaman yang dialaminya.

Dalam kehidupan selalu terjadi proses pembelajaran, baik sengaja maupun tidak disengaja, disadari atau tidak disadari. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek belajar, dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap, dan tata nilai serta sifat-sifat pribadi, agar proses itu berlangsung dengan efektif dan efisen.
Belajar itu senantisa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan  dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih bermakna kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya (Sardiman, 2010).

Ciri-ciri Perubahan Tingkah Laku dalam Belajar


Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah sebagai berikut:

1. Perubahan yang terjadi secara sadar; Ini berarti individu yang belajar akan menyadari dan merasakan terjadinya perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kebiasaannya berubah menjadi lebih baik.

2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional; Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung secara berkesinambungan artinya satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya yang akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif; Dalam perubahan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara; Perubahan terjadi karena proses belajar bersifat menetapkan atau permanent. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah; Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang ingin dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Dengan demikian perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang telah ditetapkannya.

6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku;  Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya (Hari Mulyadi (dalam Buchari Alma, 2009).

Tokoh humanis lain adalah Hubermas. Menurutnya belajar akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud di sini adalah lingkungan alam maupun lingkungan sosial, sebab antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Dengan pandangannya yang demikian, ia membagi tipe belajar menjadi tiga, yaitu; 1) belajar teknis (technical learning), 2) belajar praktis (pratical learning), dan 3) belajar emansipatoris (emancipator learning). Masing-masing tipe memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Belajar teknis (tehnical learning) Yang dimaksud belajar teknis adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan alamnya secara benar. Pengetahuan dan keterampilan apa yang dibutuhkan dan perlu dipelajari agar mereka dapat menguasai dan mengelola lingkungan alam sekitarnya dengan baik. Oleh sebab itu, ilmu-ilmu alam atau sains amat dipentingkan dalam belajar teknis.

b) Belajar praktis (pratical learning) Yang dimaksud belajar praktis adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan limgkungan sosialnya, yaitu dengan orang-orang disekelilingnya dengan baik. Kegiatan belajar ini lebih mengutamakan terjadinya interaksi yang harmonis antar sesama manusia. Untuk itu bidang-bidang ilmu yang berhubungan dengan sosiologi, komunikasi, psikologi, antrophologi dan semacamnya, amat diperlukan. Sungguhpun demikian, mereka percaya bahwa pemahaman dan keterampilan seseorang dalam mengelola lingkungan alamnya tidak dapat dipisahkan dengan kepentinga manusia pada umumnya. Oleh sebab itu, interaksi yang benar antara individu dengan lingkungan alamnya hanya akan tampak dari kaitan atau relevansinya dengan kepentingan manusia.

c) Belajar emansipatoris (emansipatory learning) Lain halnya dengan belajar emansipatoris. Belajar emansipatoris menekankan upaya agar seseoarang mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi budaya dalam lingkungan sosialnya. Dengan pengertian demikian maka dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang benar untuk mendukung terjadinya transformasi kultural tersebut. Untuk itu, ilmu-ilmu yang berhubungan dengan belajar yang paling tinggi, sebab transformasi kultural adalah tujuan pendidikan yang paling tinggi (Asri Budiningsi, 2008).

Jufri Derwotubun

Saya hanyalah seorang pengembara yang suka berpetualangan, menulis, dan membaca alam semesta.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama