Model pembelajaran adalah suatu pola pendekatan yang digunakan untuk mendesain pembelajaran. Model mengandung strategi, yakni pola urutan pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Di dalam model pembelajaran terdapat strategi instruksional, keterampilan teknis pembelajaran yang spesifik yakni berbagai kompetensi inti dan indikator capaian sesuai dengan apa yang dirumuskan dalam kurikulum dan silabus.
Pengertian model sering menimbulkan berbagai interpretasi. Model adalah penyederhanaan atau simplikasi dari sejumlah aspek dunia nyata. Jadi model tidak lain dari pola yang mewakili dunia nyata secara benar dan tepat. Bentuknya, bermacam-macam.
Model mereduksi dan menata informasi yang begitu banyak menjadi sederhana baik dalam ukuran maupun bentuknya dan dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis sesuatu.Model dan strategi pembelajaran tidak ada yang baru. Umumnya memodifikasi atau mengembangkan model dan strategi pembelajaran yang telah ada.
Model Pembelajaran Inkuiri
Gagasan pokok model inkuiri bersumber dari pemikiran John Dewey (1933). Dalam bukunya How We Think. Dewey memperkenalkan istilah berpikir reflektif. Berpikir reflektif menurut John Dewey didefinisikan sebagai usaha yang aktif, hati-hati dan pengujian secara tepat terhadap keyakinan seseorang atau pengetahuan tertentu berdasarkan dukungan kekayaan.
Isitilah Inkuiri merupakan derivasi dari pemikiran Dewey tentang berpikir reflektif. Ide ini kemudian dikembangkan oleh banyak pakar pendidikan dan psikologi. Inkuiri oleh Carte V.Good (1959) didefinisikan sebagai pendekatan problem solving dalam belajar. Setiap fenomena baru yang menantang menimbulkan reaksi untuk berpikir. Definisi hampir serupa dikemukakan oleh Bernice Golmark (1965). Ia mendefinisikan inkuiri sebagai pola bereaksi dalam bentuk bertanya yang terarah menguji suatu nilai. Menurut Bernice, bahwa bertanya itu amat penting sebagai bentuk mereaksi dan memperlihatkan ciri peserta didik yang aktif. Sedangkan definisi Fenton (1967) menekankan inkuiri sebagai proses yang memungkinkan peserta didik menafsirkan masa lampau dan menemukan masalah-masalah persona dan berbagai isu lainnya di dalam masyarakat. Lebih jauh inkuiri didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk aktif menguji dan menafsirkan problem secara scientific dan memberikan konklusi berdasarkan pembuktian.
Unsur utama model inkuiri disajikan dalam gambar di bawah ini
Model Pembelajaran Inkuiri |
Operasi model inkuiri didasarkan pada kenyataan (data) dan atas dasar konsep (teori dan hipotesis). Oleh karena itu model inkuiri disebut model Data-Teori. Lingkaran proses menggambarkan:
1. Gerakan dinamis dari teori ke data yang mencakup tahap proses penggunaan teori dan pengumpulan data dan
2. Gerakan dinamis dari data ke teori mencakup dua tahap yaitu proses pengorganisasian dan proses penggunaan data.
Proses penggunaan teori terjadi berkat penggunaan alat berupa hipotesis, ramalan (prediksi), pengukuran, wawancara, ekesperimen, mempelajari buku, melihat film dan sebagainya. Alat yang digunakan dalam proses pengorganisasian data antara lain: menyusun, mendengar, menggambar, menyusun grafik, membuat bagan dan lain-lain. Sedangkan alat dalam penggunaan data berbentuk: menjelaskan, menyimpulkan, mengabstraksi, berteori dan sebagainya. Asumsi dasar yang menjadi keyakinan model inkuiri adalah setiap anak memiliki kebebasan berkembang.
Konstatasi di atas didukung Richard Suchman (1963) yang mengatakan bahwa anak memiliki motivasi alami untuk meneliti atau berinkuiri.Oleh karena itu inkuiri membutuhkan partisipasi aktif peserta didik untuk meneliti sendiri secara ilmiah masalah yang dihadapi. Guru dapat merangsang peserta didik melakukan penjelajahan intelektual dengan bereksperimen menggunakan model ini sehingga pada akhirnya anak terlatih melakukan penelitian ilmiah secara mandiri.
Tujuan umum penggunaan inkuiri adalah menolong peserta didik mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang dibutuhkan dengan memberikan pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar keinginan mereka. Belajar dengan model inkuiri, anak mulai dihadapkan pada peristiwa atau problem yang menimbulkan teka-teki. Kondisi itu memotivasi mereka untuk memecahkannya. Karakteristik umum kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri adalah sebagai berikut:
1. Penentuan problem atau masalah;
2. Perumusan hipotesis atau jawaban tentatif;
3. Pengumpulan dan pengolahan data
4. Merumuskan kesimpulan.
Richard Suchman telah mengembangkan salah satu model inkuiri yang disebut sebagai latihan inkuiri atau inquiry training sebagai berikut:
a) Tahap-tahap model (syntax)
Latihan inkuiri memiliki lima tahapan, yaitu tahap pertama berupa penyajian masalah. Kegiatan ini terdiri atas penjelasan prosedur inkuiri dan mengemukakan masalah. Tahap kedua berupa pengumpulan dan verifikasi data dengan bentuk kegiatan membuktikan hakikat obyek dan kondisi serta menyelidiki peristiwa atau situasi masalah. Tahap ketiga mengadakan eksperimen dan pengumpulan data. Kegiatannya antara lain: mengelompokkan dan memisahkan variabel, merumuskan hipotesis dan mengetes hubungan sebab akibat. Tahap keempat merumuskan penjelasan antara lain dalam bentuk kegiatan menyusun kaidah atau penjelasan. Tahap kelima, adalah mengadakan analisis prosedur inkuiri antara lain menganalisis strategi dan mengembangkan inkuiri secara lebih efektif.
b) Model sistem sosial
Sistem sosial yang amat penting untuk menunjang model inkuiri adalah perlu ditumbuhkan kerjasama yang baik antara guru dan peserta didik dan antar sesama peserta didik sendiri. Di samping itu perlu ada kerapihan dan ketepatan dalam bekerja. Model pelatihan inkuiri termasuk kelompok yang berstruktur tinggi. Peran guru cukup besar dalam mengontrol interaksi dan dalam menentukan prosedur inkuiri. Sekalipun demikian, peserta didik perlu dibiasakan agar secara intelektual terbuka terhadap semua ide yang relevan. Guru perlu terus mendorong inisiatif sebanyak mungkin dari peserta didik.
c) Prinsip mereaksi
Ketepatan reaksi guru yang amat diperlukan adalah pada tahap kedua dan ketiga karena di sini peserta didik sangat perlu dibangkitkan dan diarahkan untuk berinkuiri. Cara paling sederhana untuk mengetahui kemampuan peserta didik berinkuiri adalah dengan mempersilahkan peserta didik mengajukan pertanyaan. Pertanyaan peserta didik yang hanya membutuhkan jawaban ya atau tidak, adalah pertanyaan yang tidak membutuhkan pemikiran yang dalam. Maka, sebaiknya guru mendorong peserta didik merubah pertanyaannya atau mengemukakan problem yang perlu untuk dibahas. Dalam fase terakhir peran guru adalah menjaga agar inkuiri langsung terarah pada proses pembuktian penemuan itu.
d) Sistem penunjang
Perlunya penguasaan atas faktor-faktor yang mungkin bertentangan dengan model. Guru perlu memahami proses, kebebasan intelektual dan strategi inkuiri itu sendiri. Maka, dibutuhkan penyediaan sumber material bagi pemecahan masalah.
Dampak proses inkuiri dapat berupa 1) tumbuhnya keterampilan menggunakan proses ilmiah dalam memecahkan masalah; 2) menguasai strategi untuk menggunakan prosedur inkuiri secara efektif dan kreatif; Sedangkan dampak pengiring atau nurturan yang mungkin muncul antara lain: 1) tumbuhnya semangat, kreativitas dalam diri peserta didik; 2) tumbuhnya sikap kebebasan dan otonomi dalam belajar; 3) tumbuhnya sifat toleransi; 4) penyadaran akan adanya sifat kesementaraan dari ilmu pengetahuan. (Patris Rahabav)