Manusia merupakan makhluk yang mengalami perkembangan, baik itu secara fisik maupun psikis. Kedua perkembangan ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Dalam perkembangannya manusia memiliki prinsip perkembangan sebagaimana yang yang kemukan oleh Ormrod, Jeanne Ellis (2008:32-34) bahwa ada 6 (enam) prinsip perkembangan antara lain:
1. Urutan perkembangan sedikit banyak diramalkan;
2. Anak berkembang dalam kecepatan yang berbeda;
3. Perkembangan terkadang cepat dan terkadang lambat;
4. Faktor hereditas (keturunan) dalam batas-batas tertentu, mempengaruhi perkembangan;
5. Faktor lingkungan juga memberikan kontribusi yang penting terhadap perkembangan;
6. Hereditas dan lingkungan saling berinteraksi membentuk perilaku individu.
Selanjutnya, keenam prinsip di atas dijelaskan lebih lanjut oleh penulis sebagai berikut.
Pertama, Urutan perkembangan sedikit banyak diramalkan. Dari waktu ke waktu anak berkembang sesuai dengan urutan yang dapat diramalkan. Banyak contoh bisa dikemukakan di sini. Misalnya, seorang anak bisa berbicara, setelah ia menguasai kosakata dalam jumlah yang memadai. Anak bisa menyelesaikan bilangan perkalian hanya setelah mereka menguasai penambahan dan pengurangan. Anak bisa menyanyi dengan nada yang benar hanya bilamana mereka telah menguasai notasi dan birama.
Kedua, Anak berkembang dalam kecepatan yang berbeda. Hasil penelitian McDevitt & Ormrod, (2007) melaporkan klasifikasi usia rata-rata dimana anak sudah berada pada tonggak perkembangan tertentu. Contoh, anak umumnya dapat menggambar bujur sangkar dan bentuk segitiga pada usia 3 tahun, mulai menggunakan repetisi (pengulangan) sebagai cara mempelajari informasi pada usia 7 tahun atau 8 tahun dan mulai memasuki masa puber pada usia 10 tahun (anak perempuan) atau 11 1/2 tahun (anak laki-laki). Walaupun demikian, realitas tidak semua anak mencapai perkembangan sesuai pembagian tersebut.
Ritme perkembangan anak sangat berbeda walau pun untuk anak kembar sekali pun. Pemahaman kita tentang rentang usia dan perkembangan seperti dimaksud, penting bagi kita terutama guru untuk merancang kurikulum dan bahan ajar yang sesuai.
Ketiga, Perkembangan terkadang cepat dan terkadang lambat. Perkembangan anak tidak selalu berjalan mulus. Dalam kasus-kasus tertentu, perkembangan yang cepat kadang-kadang diselingi dengan perkembangan yang lambat. Contoh, anak mungkin berbicara dengan kosakata yang amat terbatas pada usia awal, namun setelah memasuki usia 2 tahun, muncul ledakan penggunaan bahasa. Hanya dalam rentang beberapa minggu, kosakata anak berkembang dengan cepat dan kalimat yang diucapkannya menjadi semakin panjang (Ormrod, Jeanne Ellis 2008:32).
Keempat, Faktor hereditas (keturunan) dalam batas-batas tertentu, mempengaruhi perkembangan.Hampir semua aspek perkembangan dipengarui baik langsung atau tidak langsung oleh faktor hereditas/genetis. Hereditas akan terus mempengaruhi perkembangan anak sepanjang proses perkembangan menuju ke kematangan.
Contoh keterampilan motorik seperti berjalan, berlari dan meloncat berkembang akibat pengaruh perkembangan neorologis, peningkatan kekuatan dan peningkatan kendali otot. Perubahan-perubahan tersebut, sangat dipengaruhi oleh instruksi biologis yang diwariskan.Selain itu anak secara genetik dilahirkan dengan predisposisi atau kecenderungan merespon stimulus fisik dan sosial dalam cara-cara tertentu bisa dengan tenang, mudah, panik, ramah atau malu-malu, suka mencoba atau berhati-hati, periang atau penakut (Ormrod, Jeanne Ellis 2008:35).
Kelima, Faktor lingkungan juga memberikan kontribusi yang penting terhadap perkembangan. Lingkungan dapat memberi stimulasi bahkan mengendalikan perilaku anak yang diperoleh dari faktor hereditas. Berbagai contoh misalnya masalah fisik.Secara fisik tinggi badan sifatnya herediter. Lingkungan bisa merubah ukuran, bentuk dan tinggi badan dengan cara stimulasi gisi dan latihan atau olahraga yang teratur. Anak yang terlahir dari orangtua yang memiliki tingkat pendidikan memadai, diasumsikan akan memiliki tempramen yang baik. Namun, bila hidup dan begaul di tengah lingkungan sosial dan budaya yang mempraktekkan kekerasan atau perilaku menyimpang, kemungkinan tempramen yang baik tergantikan dengan tempramen yang buruk.
Keenam, Hereditas dan lingkungan saling berinteraksi membentuk perilaku individu. Selang beberapa waktu telah terjadi perdebatan panjang mengenai pengaruh hereditas dan lingkungan (nature versus nurture) terhadap karakteristik spesifik manusia (seperti inteligensi, kepribadian dan sebagainya. Berdasarkan analisis di atas, kita bisa menarik simpulan bahwa antara hereditas dan lingkungan sama-sama saling berkontribusi dalam menentukan perkembangan anak.