5 Pelajaran yang Bisa Kita Ambil dari Kisah Nabi Musa yang Lari dari Firaun

5 Pelajaran yang Bisa Kita Ambil dari Kisah Nabi Musa yang Lari dari Firaun
Tanggal 10 Muharram menandai hari Nabi Musa as. dan Bani Israel diselamatkan dari kekejaman Firaun dan tentaranya. Secara historis, orang Yahudi akan terus berpuasa untuk memperingati peristiwa ini dan umat Islam melanjutkan tradisi ini dengan melakukan puasa pada tanggal 9 Muharram yang disebut puasa Tasa'u, kemudian puasa 10 Muharram yang disebut puasa Asyura'a. Peristiwa tersebut banyak disebutkan di dalam Al-Qur'an dan juga disebutkan dalam Perjanjian Lama dalam 'Kitab Keluaran'.

Cerita tentang peristiwa pemisahan laut sudah terkenal dan banyak diketahui, tapi pelajaran apa yang bisa kita pelajari dari ini? Inilah 5 pelajaran yang bisa kita pelajari dari pelarian Musa dari Firaun.

1. Berusahalah Terlebih Dahulu


Nabi Musa as. bisa menunggu mukjizat dari Allah swt. Dia bisa saja tinggal dan berdoa kepada Allah swt. untuk berurusan dengan Firaun tapi dia tidak melakukannya, dia melakukan semua yang dia bisa dalam kapasitas pribadinya sampai dia tidak bisa melangkah lebih jauh saat berhadapan dengan laut di depannya dan Firaun dan tentaranya di belakangnya. Baru saat itulah, keajaiban maraknya perpisahan laut berlangsung.

Hidup ini adalah sebab dan akibat, mukjizat bisa terjadi tapi tanggung jawab kita adalah kita melakukan semua yang kita bisa dalam kapasitas pribadi kita lalu menyerahkannya kepada Allah swt.

2. Jangan pernah kehilangan harapan di sisi Allah


Nabi Musa sa. dan bangsanya berada di depan kematian waktu itu, entah itu dari tentara Firaun yang mengejar mereka atau mereka akan dipaksa memasuki laut yang tidak mungkin untuk bisa bertahan lama. Meskipun demikian, Musa tidak pernah kehilangan harapan dalam janji Allah. Beberapa pengikutnya mulai kehilangan harapan dan mulai berseru sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Al-Quran sebagai berikut.

فَلَمَّا تَرَٰٓءَا ٱلۡجَمۡعَانِ قَالَ أَصۡحَٰبُ مُوسَىٰٓ إِنَّا لَمُدۡرَكُونَ 

Artinya: Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul" (Q.S. Ash-Shu'ara: 61)

Meskipun sebagian umatnya mulai ragu, tetapi nabi Musa as. tetap memegang teguhnya dan berkeyakinan dan beliau menjawab keraguan umatnya dengan berkata dengan penuh kepastian, sebagaimana yang difirmankan Allah di dalam Al-Quran.

قَالَ كَلَّآۖ إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهۡدِينِ 

Artinya: Musa menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku" (Q.S. Ash-Shu'ara: 62)

Maka, laut terbelah membuka jalan bagi Musa dan Bani Israel untuk melarikan diri.

Kita juga tidak boleh kehilangan harapan di hadapan Allah, meski kita berada dalam situasi di mana kita mungkin berpikir bahwa tidak ada jalan keluar, ingatlah bahwa pertolongan Allah selalu dekat. Jika Allah dapat memisahkan laut untuk membantu Musa dan umatnya, Dia juga dapat menyingkirkan kesulitan dan rintangan kita. Yang harus ada di dalam diri kita adalah bahwa kita harus berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menyerahkan semua harapan kepadaNya.

3. Mukjizat bisa terjadi


Meskipun mukjizat secara eksklusif hanya bagi para Nabi dan Rasul, namun kita juga dapat mengalami mukjizat dalam pengertian umum. Kita semua mungkin mengalami saat-saat dalam hidup kita di mana segala sesuatu tampak salah karena situasi diselamatkan oleh serangkaian kejadian yang terjadi secara kebetulan. Sebagai orang yang beriman, kita percaya bahwa segala sesuatu hanya terjadi atas kehendak Allah dan meskipun sesuatu yang semacam itu tampak seperti serangkaian peristiwa yang kebetulan, namun kita wajib percaya bahwa semuanya sudah direncanakan oleh Allah.

4. Larilah dari dosa


Ketika Anak-anak Israel dianiaya dan mereka tidak lagi dapat menjalankan agamanya dengan bebas, maka Allah memerintahkan Nabi Musa as. untuk melarikan diri bersama mereka ke negeri lain. Jika kita juga menghadapi situasi seperti itu dan Iman kita beresiko, maka kita juga harus mencoba untuk melarikan diri ke tempat di mana kita bisa melindungi iman kita.

Alhamdulillah kebanyakan dari kita tidak berada dalam keadaan sulit dimana Iman kita berada dalam bahaya, tapi kita mungkin berada dalam situasi di mana kita bisa jatuh ke dalam dosa. Ini mungkin karena pengaruh lingkungan tempat dimana kita tinggal atau tempat dimana kita kunjungi. Jika kita berada dalam situasi yang sulit seperti ini, dimana dosa dan kemaksiatan tidak dapat dihindari, maka sudah seharusnya kita meninggalkan tempat itu, termasuk jika ada teman atau rekan kita yang selalu berada dalam gelimangan dosa.

Dalam berteman kita juga harus pintar-pintar memilih dan memilah teman, mana teman yang mengajak kepada kebaikan dan mana teman yang mengajak kepada keburukan. Jika yang mengajak kepada kebaikan, maka pertahankan hubungan pertemanan itu, namun jika sebaliknya maka tinggalkan dia, karena dia termasuk setan yang nyata.

5. Berubalah Mulai Sekarang


Ketika Firaun dan tentaranya diterpa lautan dan mereka mulai tenggelam, maka Firaun berseru, sebagaimana yang difirmankan Allah dalam al-Qur'an sebagai berikut.

وَجَٰوَزۡنَا بِبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٱلۡبَحۡرَ فَأَتۡبَعَهُمۡ فِرۡعَوۡنُ وَجُنُودُهُۥ بَغۡيٗا وَعَدۡوًاۖ حَتَّىٰٓ إِذَآ أَدۡرَكَهُ ٱلۡغَرَقُ قَالَ ءَامَنتُ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱلَّذِيٓ ءَامَنَتۡ بِهِۦ بَنُوٓاْ إِسۡرَٰٓءِيلَ وَأَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِينَ 

Artinya: Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir´aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir´aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)" (Q.S. Yunus: 90)

Tapi pernyataan iman Firaun ini tidak diterima oleh Allah karena dia telah memulai masa transisi ke kehidupan berikutnya dan kebenaran yang selama ini ditutupi olehnya mulai terlihat di hadapnya. Pengingkarannya kepada Allah menyebabkan dirinya bersama balatentaranya ditelan oleh lautan.

Sebagai orang beriman kita juga tidak harus menunggu sampai terlambat. Kitab perbuatan kita akan ditutup saat kematian datang menghampiri, ketika Ruh mulai dicabut maka semua permintaan pengampunan tidak akan lagi diterima oleh Allah swt, kesempatan yang diberikan olehNya telah habis. Namun jika kita berbuat baik dan meninggalkan amal Jariah, anak yang shaleh, dan ilmu yang bermanfaat, maka kebaikan itu yang akan terus mengalir pahalanya hingga kiamat kelak.

Rahmat Allah sangat luas dan setiap hari pintu pertobatanNya terbuka bagi kita. Yang harus kita lakukan hanyalah meminta dan bertekad untuk berubah dan Tuhan kita, Maha Penyayang akan mengampuni dan menghapus segala dosa kita seolah-olah dosa itu tidak pernah terjadi. Taubatlah yang sebenar-benarnya taubat (taubatan nasuha).

Jufri Derwotubun

Saya hanyalah seorang pengembara yang suka berpetualangan, menulis, dan membaca alam semesta.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama