Penulisan sejarah bersamaan dengan perubahan masa juga mendapatkan dampak perubahan. Hal semacam ini terkait ada usaha saling mendekat (rapproachement) pada pengetahuan sejarah dengan ilmu-ilmu sosial. Kalau dibanding dengan perubahan ilmu-ilmu sosial lainnya yang bergerak cepat, sejarah yang tergolong bergerak lambat. Meski begitu sejarah menjadi ilmu pengetahuan yang memperoleh perkembangan, terlebih pada bagian metodologi. Perubahan metodologi ini memiliki hubungan dengan ilmu-ilmu sosial. Saat ini sejarah banyak memakai konsep-konsep umum yang dipakai dalam pengetahuan sosial, apabila benar-benar berkaitan. Pemakaian itu untuk kebutuhan analisa hingga meningkatkan kejelasan dalam eksplanasi atau interpretasi sejarah. Karenanya pemakaian ilmu-ilmu sosial dalam kajian sejarah menjadi sesuatu yang lumrah. Perihal ini diikuti dengan perubahan historiografi era ke-20. Perluasan dengan cara horisontal (keluasan) ataupun vertikal (kedalaman) subyek sejarah yang perlu dikaji serta di teliti menuntut juga peningkatan serta penyempurnaan metodologi sejarah yang membuahkan historiografi yang beragam dalam sisi tema-tema.
Pendekatan ilmu-ilmu sosial dalam kajian sejarah dihubungkan dengan ketidakpuasan beberapa sejarawan sendiri dengan bentuk-bentuk historiografi lama yang ruang lingkupnya terbatas. Historiografi baru memiliki cakupan yang lebih luas. Karena itu dibutuhkan penyempurnaan metodologi yakni pemakaian konsep-konsep pengetahuan sosial dalam analisis-analisisnya. Berkenaan dengan ini sehingga lebih jelas dibedakan pada sejarah lama (the old history) serta sejarah baru (the new history), seperti berikut ini.
a. Sejarah Lama (The Old History): 1) Disebut sejarah konvensional; sejarah tradisional. 2) Mono dimensional. 3) Pemaparan deskripstif-naratif. 4) Ruang cakup terbatas. 5) Tema terbatas (sejarah politik lama atau sejarah ekonomi lama). 6) Para pelaku sejarah terbatas pada raja-raja, orang-orang besar, pahlawan atau jenderal. 7) Tanpa pendekatan ilmu-ilmu sosial.
b. Sejarah Baru (The New History) 1) Disebut sejarah baru, sejarah ilmiah (scientific history) atau socialscientific history); sejarah total (total history). 2) Multi dimensional. 3) Para pelaku sejarah luas dan beragam, segala lapisan masyarakat (vertikal atau pun horizontal; top down atau bottom up). 4) Ruang cakup luas; segala aspek pengalaman dan kehidupan manusia masa lampau. 4) Tema luas dan beragam, sejarah politik baru, sejarah ekonomi baru, sejarah sosial, sejarah agraria (sejarah petani, sejarah pedesaan), sejarah kebudayaan, sejarah pendidikan, sejarah intelektual, sejarah mentalitas, sejarah psikologi, sejarah lokal, sejarah etnis. 6) Pemaparan analitis-kritis. 7) Menggunakan pendekatan interdisiplin ilmu-ilmu sosial (politikologi, ekonomi, sosiologi, antropologi, geografi, demografi, spikologi).
Ada beberapa babak dalam perubahan historiografi di indonesia, yakni historigrafi tradisional, historiografi kolonial, historiografi moderen, serta historiografi nasional.
a. Historiografi Tradisional
merupakan ekspresi kultural dari upaya buat merekam peristiwa. Perekaman peristiwa ini dapat dikerjakan lewat penulisan peristiwa itu. Penulisan peristiwa (tidak berbentuk prasasti) di indonesia yang diawali oleh Mpu Prapanca yang menulis kitab Negarakertagama.
b. Historiografi Kolonial
Perbincangan tentang perubahan hisoriografi Indonesia tidak bisa melewatkan buku-buku historiografi yang dibuat oleh sejarawan kolonial. Tidak bisa dipungkiri jika historiografi kolonial ikut menguatkan proses historiografi indonesia. Historiografi kolonial dengan sendirinya menonjolkan fungsi bangsa belanda serta memberikan desakan pada segi politik serta ekonomi. Perihal ini adalah perubahan logis dari kondisi kolonial saat penulisan sejarah mempunyai tujuan paling utama wujudkan sejarah dari kelompok yang berkuasa bersama lembaga-lembaganya.
c. Historiografi Modern
Tuntutan untuk keterapan tehnik dalam memperoleh realita sejarah secermat mungkin serta mengadakan rekonstruksi sebaik-baiknya dan menerangkannya setempat mungkin, menggerakkan tumbuhnya historiografi moderen. Di samping menggunakan cara yang krusial, historiografi moderen juga mengaplikasikan penghalusan tehnik riset serta menggunakan ilmu-ilmu bantu baru yang muncul. Oleh karenanya, dengan cara bertahap bebagai pengetahuan bantu dalam pembuatan sejarah berkembang dari mulai menguasai bhs dan keterampilan membaca tulisan kuno (epigrafi) hingga numismatik yang mendalami mata uang kuno serta archivology yang mendalami persoalan arsip.
d. Historiografi Nasional
Upaya perintisan penulisan sejarah nasional mulai nampak sesudah revolusi kemerdekaan indonesia, Perihal ini dilatarbelakangi oleh penulisan sejarah pada masa kolonial yang miliki sifat belanda sentris. Tidak hanya itu, menjadi negara yang baru saja merdeka, Indonesia memerlukan satu penulisan sejarah yang bisa memperlihatkan jati diri menjadi bangsa, dan memberikan legitimasi pada keberadaanya.
Sejarah nasional mengacu pada sejarah bebagai suku bangsa serta seluruh wilayah di Indonesia. Oleh karenanya, Sejarah nasional mesti bisa menggunakan sumber-sumber dari penulisan sejarah tradisionil serta kolonial untuk dikerjakan rekonstruksi kembali menjadi sejarah yang fokus pada kebutuhan integrasi multidimensial, baik segi ekonomi, ideologi, sosial-budaya, ataupun system keyakinan.
Pendekatan ilmu-ilmu sosial dalam kajian sejarah dihubungkan dengan ketidakpuasan beberapa sejarawan sendiri dengan bentuk-bentuk historiografi lama yang ruang lingkupnya terbatas. Historiografi baru memiliki cakupan yang lebih luas. Karena itu dibutuhkan penyempurnaan metodologi yakni pemakaian konsep-konsep pengetahuan sosial dalam analisis-analisisnya. Berkenaan dengan ini sehingga lebih jelas dibedakan pada sejarah lama (the old history) serta sejarah baru (the new history), seperti berikut ini.
a. Sejarah Lama (The Old History): 1) Disebut sejarah konvensional; sejarah tradisional. 2) Mono dimensional. 3) Pemaparan deskripstif-naratif. 4) Ruang cakup terbatas. 5) Tema terbatas (sejarah politik lama atau sejarah ekonomi lama). 6) Para pelaku sejarah terbatas pada raja-raja, orang-orang besar, pahlawan atau jenderal. 7) Tanpa pendekatan ilmu-ilmu sosial.
b. Sejarah Baru (The New History) 1) Disebut sejarah baru, sejarah ilmiah (scientific history) atau socialscientific history); sejarah total (total history). 2) Multi dimensional. 3) Para pelaku sejarah luas dan beragam, segala lapisan masyarakat (vertikal atau pun horizontal; top down atau bottom up). 4) Ruang cakup luas; segala aspek pengalaman dan kehidupan manusia masa lampau. 4) Tema luas dan beragam, sejarah politik baru, sejarah ekonomi baru, sejarah sosial, sejarah agraria (sejarah petani, sejarah pedesaan), sejarah kebudayaan, sejarah pendidikan, sejarah intelektual, sejarah mentalitas, sejarah psikologi, sejarah lokal, sejarah etnis. 6) Pemaparan analitis-kritis. 7) Menggunakan pendekatan interdisiplin ilmu-ilmu sosial (politikologi, ekonomi, sosiologi, antropologi, geografi, demografi, spikologi).
Ada beberapa babak dalam perubahan historiografi di indonesia, yakni historigrafi tradisional, historiografi kolonial, historiografi moderen, serta historiografi nasional.
a. Historiografi Tradisional
merupakan ekspresi kultural dari upaya buat merekam peristiwa. Perekaman peristiwa ini dapat dikerjakan lewat penulisan peristiwa itu. Penulisan peristiwa (tidak berbentuk prasasti) di indonesia yang diawali oleh Mpu Prapanca yang menulis kitab Negarakertagama.
b. Historiografi Kolonial
Perbincangan tentang perubahan hisoriografi Indonesia tidak bisa melewatkan buku-buku historiografi yang dibuat oleh sejarawan kolonial. Tidak bisa dipungkiri jika historiografi kolonial ikut menguatkan proses historiografi indonesia. Historiografi kolonial dengan sendirinya menonjolkan fungsi bangsa belanda serta memberikan desakan pada segi politik serta ekonomi. Perihal ini adalah perubahan logis dari kondisi kolonial saat penulisan sejarah mempunyai tujuan paling utama wujudkan sejarah dari kelompok yang berkuasa bersama lembaga-lembaganya.
c. Historiografi Modern
Tuntutan untuk keterapan tehnik dalam memperoleh realita sejarah secermat mungkin serta mengadakan rekonstruksi sebaik-baiknya dan menerangkannya setempat mungkin, menggerakkan tumbuhnya historiografi moderen. Di samping menggunakan cara yang krusial, historiografi moderen juga mengaplikasikan penghalusan tehnik riset serta menggunakan ilmu-ilmu bantu baru yang muncul. Oleh karenanya, dengan cara bertahap bebagai pengetahuan bantu dalam pembuatan sejarah berkembang dari mulai menguasai bhs dan keterampilan membaca tulisan kuno (epigrafi) hingga numismatik yang mendalami mata uang kuno serta archivology yang mendalami persoalan arsip.
d. Historiografi Nasional
Upaya perintisan penulisan sejarah nasional mulai nampak sesudah revolusi kemerdekaan indonesia, Perihal ini dilatarbelakangi oleh penulisan sejarah pada masa kolonial yang miliki sifat belanda sentris. Tidak hanya itu, menjadi negara yang baru saja merdeka, Indonesia memerlukan satu penulisan sejarah yang bisa memperlihatkan jati diri menjadi bangsa, dan memberikan legitimasi pada keberadaanya.
Sejarah nasional mengacu pada sejarah bebagai suku bangsa serta seluruh wilayah di Indonesia. Oleh karenanya, Sejarah nasional mesti bisa menggunakan sumber-sumber dari penulisan sejarah tradisionil serta kolonial untuk dikerjakan rekonstruksi kembali menjadi sejarah yang fokus pada kebutuhan integrasi multidimensial, baik segi ekonomi, ideologi, sosial-budaya, ataupun system keyakinan.