Al-Quran merupakan firman Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai kitab terakhir yang membawa risalah sebagai penyempurna syariat-syariat Allah yang diturunkan sebelumnya. Al-Quran mengandung pelajaran yang melingkupi seluruh jagad raya, termasuk di dalamnya pendidikan akhlak atau yang sekarang ini dikenal dengan pendidikan karakter. Salah satu karakter baik yang diajarkan al-Quran adalah agar manusia tidak berprasangka buruk, sebagaimana firman Allah dalam al-Quran surat Al-Hujurat ayat 12 sebagai bberikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Husnudzon merupakan kata yang berasal dari Bahasa arab dan terdiri dari dua suku kata yaitu husnul yang artinya baik dan zan yang artinya prasangka atau dugaan, sehingga secara sederhana husnudzon artinya prasangka atau dugaan yang baik. Prasangka baik merupakan salah satu perilaku yang menunjukkan pada cara berpikir positif atau pandangan mulia terhadap sesuatu yang ada di hadapannya. Di sini mengandung makna bahwa, berprasangka baik itu meliputi segala sesuatu yang baik maupun yang buruk menimpa dirinya. Sebagaimana sudah disebutkan di atas bahwa husnudzon ini bagian dari akhlakul karimah (perilaku terpuji) atau karakter baik. Lawan dari sikap baik ini yaitu su’uzab yang artinya berburuk sangka yang merupakan perbuatan tercela atau akhlak mazmumah yang tidak boleh dilakukan oleh setiap manusia.
Macam-Macam Husnudzon (Berprasangka Baik)
Sebagai umat Islam, Allah swt. memerintahkan untuk berprasangka baik sebagaiman ayat al-Quran di atas dan melarang segala prasangka buruk. Kita diperintahkan untuk berpasangka baik kepada Allah swt, kepada orang lain atau sesama manusia, dan kepada diri kita sendiri. Berikut adalah penjelasana macam-macam husnudzon:
Allah swt. memiliki sifat Maha Pengasih dan Penyayang, serta mencintai hamba-hambaNya yang saleh, serta tidak membebani seseorang di luar batas kemampuannya. Hal ini dapat dilihat dalam salah satu hadis qudsi yaitu: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda dari Allah swt, “Saya berada pada persangkaan hambaKu, maka berprasangkalah dengan-Ku sekehendaknya.” (HR. Ahmad).
Husnudzon kepada Allah yaitu manusia memiliki kewajiban untuk berprasangka baik terhadap segala keputusan atau takdir Allah yang telah ditetapkan kepadanya. Allah swt. memiliki pengetahuan dan kekuasaan yang tidak terbatas sehinnga mengetahui segala sesuatu tentang manusia termasuk mengetahui apa yang baik dan yang buruk bagi manusia. Allah merupakan tuhan segala alam semesta (rabbul ‘alamin) yaitu pengatur segala yang ada di alam semesta ini dari yang terkecil hingga yang paling besar, dari yang zahir hingga ke yang bathin. Segala yang telah Allah tetapkan dan yang telah diatur tidak akan sia-sia, semuanya untuk kepentingan makhluk ciptaanNya termasuk untuk kepentingan manusia. Olehnya itu terkadang pandangan mata ini bisa tertipu, sehingga apa yang terlihat baik belum tentu baik bagi kita dan apa yang terlihat jelek belum tentu buruk bagi kita. Seperti obat yang rasanya pahit namun sangat bermanfaat untuk kesembuhan dari penyakit.
Diantara sikap yang dapat kita tunjukkan dalam berprasangka baik atau husnudzon kepada Allah, yaitu dengan sikap sabar dan syukur. Sabar adalah sikap menahan diri atau menahan emosi. Sedangkan menurut islam sendiri sabar adalah tahan uji dalam menghadapi suka dan duka hidup dengan rida dan ikhlas serta berserah diri kepada Allah. Cara bersabar diantaranya adalah dengan berdzikir, mendekatkan diri kepada Allah serta menjauhi larangan Allah. Syukur adalah rasa terima kasih terhadap suatu nikmat atau karunia Allah dengan ucapan, sikap dan perbuatan. Adapun cara bersyukur kepada Allah antara lain denganmenggunakan segala nikmat dan karunia Allah untuk hal – hal yang di ridai Allah.
Husnudzon kepada orang lain mengandung makna bahwa kita harus berprasangka baik kepada orang semua yang dilakukan oleh orang lain. Berprasangka baik kepada perbuatan orang lain artinya bahwa menganggap baik semua perbuatan yang terlihat jaha, apalagi perbuatan baik tentu baik pula, kecuali apa yang dilakukan oleh orang lain itu keluar atau melanggar dari ketentuan syariat islam.
Orang beriman dilarang untuk berprasangka buruk kepada orang lain, mencari-cari kesalahan orang lain dan larangan menggunjing orang lain. Sungguh, perbuatan tersebut adalah perbuatan dosa, bahkan Allah Swt mengibaratkan orang yang menggunjing seperti memakan daging saudaranya yang sudah mati. Bukankah hal ini sangat menjijikkan. Sebagai muslim kita harus hidup berdampingan dengan sesama muslim yang lain serta menghormati hak dan kewajibannya. Rasulullah saw. bersabda:
Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Seorang muslim (yang sejati) adalah orang yang mana orang muslim lainnya selamat dari (bahaya) lisan dan tangannya” (HR. at-Tirmizi).
Seseorang yang berprasangka baik kepada diri sendiri akan memiliki sikap percaya diri, optimis dan bekerja keras. Sebaliknya, jika seseorang berburuk sangka kepada diri sendiri maka ia akan merasa pesimis, tidak percaya diri, dan malas berusaha. Allah Swt melarang hamba-Nya berputus asa dari rahmat-Nya sebagaimana QS. Yusuf ayat 87 berikut ini.
Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
Husnudzon terhadap diri sendiri berarti bahwa segala yang melekat pada diri kita, baik yang kita sukai maupun yang tidak kita sukai merupakan pemberian yang terbaik dari Allah kepada kita. Husnudzon ini dapat memotivasi seseorang untuk memperdayagunakan pemberian dari Allah pada jalan yang telah Allah ridai. Adapun bentuk – bentuk husnudzon pada diri sendiri antara lain adalah berinisiatif, gigih dan rela berkorban.
(a) Berinisiatif yaitu memberdayakan daya pikir untuk merencanakan ide menjadi konsentrasi yang dapat berdaya guna dan bermnafaat. (b) Gigih adalah usaha sekuat tenaga dan tidak berputus asa untuk melaksanakan kebaikan walaupun harus mengahdapi tantangan yang berat. (c) Rela berkorban adalah bersedia dengan ikhlas, senang hati dan tidak mengharapkan imbalan bahkan rela memberikan apa yang dimilikinya, baik itu tenaga, harta maupun buah pikirannya semata demi keperluan orang lain atau masyarakat.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Husnudzon merupakan kata yang berasal dari Bahasa arab dan terdiri dari dua suku kata yaitu husnul yang artinya baik dan zan yang artinya prasangka atau dugaan, sehingga secara sederhana husnudzon artinya prasangka atau dugaan yang baik. Prasangka baik merupakan salah satu perilaku yang menunjukkan pada cara berpikir positif atau pandangan mulia terhadap sesuatu yang ada di hadapannya. Di sini mengandung makna bahwa, berprasangka baik itu meliputi segala sesuatu yang baik maupun yang buruk menimpa dirinya. Sebagaimana sudah disebutkan di atas bahwa husnudzon ini bagian dari akhlakul karimah (perilaku terpuji) atau karakter baik. Lawan dari sikap baik ini yaitu su’uzab yang artinya berburuk sangka yang merupakan perbuatan tercela atau akhlak mazmumah yang tidak boleh dilakukan oleh setiap manusia.
Macam-Macam Husnudzon (Berprasangka Baik)
Sebagai umat Islam, Allah swt. memerintahkan untuk berprasangka baik sebagaiman ayat al-Quran di atas dan melarang segala prasangka buruk. Kita diperintahkan untuk berpasangka baik kepada Allah swt, kepada orang lain atau sesama manusia, dan kepada diri kita sendiri. Berikut adalah penjelasana macam-macam husnudzon:
1. Husnuzdon (berprasangka baik) Kepada Allah swt.
Allah swt. memiliki sifat Maha Pengasih dan Penyayang, serta mencintai hamba-hambaNya yang saleh, serta tidak membebani seseorang di luar batas kemampuannya. Hal ini dapat dilihat dalam salah satu hadis qudsi yaitu: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda dari Allah swt, “Saya berada pada persangkaan hambaKu, maka berprasangkalah dengan-Ku sekehendaknya.” (HR. Ahmad).
Husnudzon kepada Allah yaitu manusia memiliki kewajiban untuk berprasangka baik terhadap segala keputusan atau takdir Allah yang telah ditetapkan kepadanya. Allah swt. memiliki pengetahuan dan kekuasaan yang tidak terbatas sehinnga mengetahui segala sesuatu tentang manusia termasuk mengetahui apa yang baik dan yang buruk bagi manusia. Allah merupakan tuhan segala alam semesta (rabbul ‘alamin) yaitu pengatur segala yang ada di alam semesta ini dari yang terkecil hingga yang paling besar, dari yang zahir hingga ke yang bathin. Segala yang telah Allah tetapkan dan yang telah diatur tidak akan sia-sia, semuanya untuk kepentingan makhluk ciptaanNya termasuk untuk kepentingan manusia. Olehnya itu terkadang pandangan mata ini bisa tertipu, sehingga apa yang terlihat baik belum tentu baik bagi kita dan apa yang terlihat jelek belum tentu buruk bagi kita. Seperti obat yang rasanya pahit namun sangat bermanfaat untuk kesembuhan dari penyakit.
Diantara sikap yang dapat kita tunjukkan dalam berprasangka baik atau husnudzon kepada Allah, yaitu dengan sikap sabar dan syukur. Sabar adalah sikap menahan diri atau menahan emosi. Sedangkan menurut islam sendiri sabar adalah tahan uji dalam menghadapi suka dan duka hidup dengan rida dan ikhlas serta berserah diri kepada Allah. Cara bersabar diantaranya adalah dengan berdzikir, mendekatkan diri kepada Allah serta menjauhi larangan Allah. Syukur adalah rasa terima kasih terhadap suatu nikmat atau karunia Allah dengan ucapan, sikap dan perbuatan. Adapun cara bersyukur kepada Allah antara lain denganmenggunakan segala nikmat dan karunia Allah untuk hal – hal yang di ridai Allah.
2. Husnudzon Kepada Orang Lain.
Husnudzon kepada orang lain mengandung makna bahwa kita harus berprasangka baik kepada orang semua yang dilakukan oleh orang lain. Berprasangka baik kepada perbuatan orang lain artinya bahwa menganggap baik semua perbuatan yang terlihat jaha, apalagi perbuatan baik tentu baik pula, kecuali apa yang dilakukan oleh orang lain itu keluar atau melanggar dari ketentuan syariat islam.
Orang beriman dilarang untuk berprasangka buruk kepada orang lain, mencari-cari kesalahan orang lain dan larangan menggunjing orang lain. Sungguh, perbuatan tersebut adalah perbuatan dosa, bahkan Allah Swt mengibaratkan orang yang menggunjing seperti memakan daging saudaranya yang sudah mati. Bukankah hal ini sangat menjijikkan. Sebagai muslim kita harus hidup berdampingan dengan sesama muslim yang lain serta menghormati hak dan kewajibannya. Rasulullah saw. bersabda:
Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Seorang muslim (yang sejati) adalah orang yang mana orang muslim lainnya selamat dari (bahaya) lisan dan tangannya” (HR. at-Tirmizi).
3. Husnudzon Kepada Diri Sendiri.
Seseorang yang berprasangka baik kepada diri sendiri akan memiliki sikap percaya diri, optimis dan bekerja keras. Sebaliknya, jika seseorang berburuk sangka kepada diri sendiri maka ia akan merasa pesimis, tidak percaya diri, dan malas berusaha. Allah Swt melarang hamba-Nya berputus asa dari rahmat-Nya sebagaimana QS. Yusuf ayat 87 berikut ini.
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
Husnudzon terhadap diri sendiri berarti bahwa segala yang melekat pada diri kita, baik yang kita sukai maupun yang tidak kita sukai merupakan pemberian yang terbaik dari Allah kepada kita. Husnudzon ini dapat memotivasi seseorang untuk memperdayagunakan pemberian dari Allah pada jalan yang telah Allah ridai. Adapun bentuk – bentuk husnudzon pada diri sendiri antara lain adalah berinisiatif, gigih dan rela berkorban.
(a) Berinisiatif yaitu memberdayakan daya pikir untuk merencanakan ide menjadi konsentrasi yang dapat berdaya guna dan bermnafaat. (b) Gigih adalah usaha sekuat tenaga dan tidak berputus asa untuk melaksanakan kebaikan walaupun harus mengahdapi tantangan yang berat. (c) Rela berkorban adalah bersedia dengan ikhlas, senang hati dan tidak mengharapkan imbalan bahkan rela memberikan apa yang dimilikinya, baik itu tenaga, harta maupun buah pikirannya semata demi keperluan orang lain atau masyarakat.