Ikhlas adalah kata yang sudah populer dan dikenal oleh semua orang. Tetapi untuk memahami kata ini sangat sulit, karena ikhlas memiliki begitu banyak terminologi. Meski begitu, hampir semua ulama memaknai kata tulus dengan makna yang tidak jauh berbeda, yaitu menunjukkan semua ibadah kepada Allah tidak lain dari itu.
Ikhlas adalah esensi dari iman. Seseorang tidak dianggap beragama dengan benar jika dia tidak tulus. Firman Allah dalam Al-Qur'an surat Al-An'am ayat 162 sebagai berikut.
Artinya: Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Q.S. Al-An'am: 162).
Di ayat lain Allah SWT. berfirman
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Q.S. al-Bayyinah: 5)
Rasulullah SAW. suatu kali bersabda, "Bersikaplah Ikhlas dalam agama, cukup bagimu sedikit amal." Dalam hadits lain Rasululla bersabda, "Sesungguhnya, Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan tulus dan berharap untuk keridhaanya-Nya."
Imam Syafi'i pernah memberi nasihat kepada temannya, "Wahai Abu Musa, jika engkau berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa Jalla." "
Karena itu, tidak mengherankan Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan seperti ini, "Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat." Dalam kesempatan lain beliau berkata, "Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah mencela orang-orang munafik."
Karena itu, sifat ikhlas sangat dibutuhkan dalam beribadah kepada Allah SWT. Kita dapat melihat orang-orang yang ikhlas dengan ciri sebagai berikut
1. Selalu beramal dan bersungguh-sungguh dalam amal, baik dalam keadaan kesendirian atau dengan banyak orang, baik ada pujian atau celaan.
Perjalanan waktu akan menentukan apakah seseorang itu tulus atau tidak dalam amal. Melalui berbagai macam ujian dan cobaan, baik suka maupun duka, orang akan melihat kualitas ketulusan dalam ibadah, dakwah, dan jihad. Ali bin Abi Talib r.a. berkata, "Orang yang riya memiliki beberapa karakteristik; malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan berkurang jika dikecam."
2. Terjaga dari segala sesuatu yang dilarang oleh Allah, baik dalam keadaan dengan manusia atau jauh dari mereka.
Disebutkan dalam hadis, "Aku berkata kepadamu bahwa umatku datang pada Hari Pengadilan dengan kebaikan seperti Gunung Tihamah putih, tetapi Allah menjadikannya seperti debu terbang. Mereka adalah saudara-saudaramu, dan kulit mereka sama seperti milikmu, melakukan ibadah malam seperti kamu. Tapi mereka adalah orang-orang yang jika mereka sendiri melanggar apa yang dilarang oleh Allah. "(H.R Ibnu Majah).
Tujuan untuk menjadi ikhlas adalah mencari keridhaan Allah, bukan keridhoan manusia. Jadi, mereka selalu memperbaiki diri dan terus melakukan perbuatan baik, baik dalam kondisi mereka sendiri atau ramai, dilihat oleh orang atau tidak, mendapat pujian atau celaan. Karena mereka percaya bahwa Allah melihat setiap perbuatan baik dan buruk, sekecil apa pun.
3. Dalam dakwah, akan terlihat bahwa seorang da'i yang tulus akan merasa bahagia jika kebaikan direalisasikan di tangan sesama da'i, karena ia juga merasa senang jika dilakukan dengan tangannya.
Para da'i yang tulus akan menyadari kelemahan dan kekurangan mereka. Karena itu mereka selalu membangun amal jama'i dalam dakwah mereka. Selalu menyalakan syuro dan memperkuat perangkat dan sistem dakwah. Berdakwah untuk kemuliaan Islam, bukan untuk mendapatkan popularitas dan meningkatkan diri mereka sendiri atau institusi mereka.
4. Tidak mencari popularitas diri dan tidak menonjolkan diri sendiri
5. Tidak silau dan cinta jabatan
6. Tidak diperbudak dengan imbalan dan balasan.
7. Tidak mudah kecewa.
8. Yang terakhir adalah jika Anda keras dalam menghafal Al-Qur'an, maka Anda termasuk orang-orang yang tulus dan jujur dan benar-benar Allah akan selalu membantu perjuangan Anda.
Semoga delapan karakteristik orang yang tulus dalam beribadah ada di dalam diri kita sebagai seorang Muslim. Sehingga segala yang kita lakukan adalah ibadah yang hanya dimaksudkan untuk mendapatkan keridhoan Allah.
Ikhlas adalah esensi dari iman. Seseorang tidak dianggap beragama dengan benar jika dia tidak tulus. Firman Allah dalam Al-Qur'an surat Al-An'am ayat 162 sebagai berikut.
قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
Artinya: Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Q.S. Al-An'am: 162).
Di ayat lain Allah SWT. berfirman
وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Q.S. al-Bayyinah: 5)
Rasulullah SAW. suatu kali bersabda, "Bersikaplah Ikhlas dalam agama, cukup bagimu sedikit amal." Dalam hadits lain Rasululla bersabda, "Sesungguhnya, Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan tulus dan berharap untuk keridhaanya-Nya."
Imam Syafi'i pernah memberi nasihat kepada temannya, "Wahai Abu Musa, jika engkau berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa Jalla." "
Karena itu, tidak mengherankan Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan seperti ini, "Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat." Dalam kesempatan lain beliau berkata, "Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah mencela orang-orang munafik."
Karena itu, sifat ikhlas sangat dibutuhkan dalam beribadah kepada Allah SWT. Kita dapat melihat orang-orang yang ikhlas dengan ciri sebagai berikut
1. Selalu beramal dan bersungguh-sungguh dalam amal, baik dalam keadaan kesendirian atau dengan banyak orang, baik ada pujian atau celaan.
Perjalanan waktu akan menentukan apakah seseorang itu tulus atau tidak dalam amal. Melalui berbagai macam ujian dan cobaan, baik suka maupun duka, orang akan melihat kualitas ketulusan dalam ibadah, dakwah, dan jihad. Ali bin Abi Talib r.a. berkata, "Orang yang riya memiliki beberapa karakteristik; malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan berkurang jika dikecam."
2. Terjaga dari segala sesuatu yang dilarang oleh Allah, baik dalam keadaan dengan manusia atau jauh dari mereka.
Disebutkan dalam hadis, "Aku berkata kepadamu bahwa umatku datang pada Hari Pengadilan dengan kebaikan seperti Gunung Tihamah putih, tetapi Allah menjadikannya seperti debu terbang. Mereka adalah saudara-saudaramu, dan kulit mereka sama seperti milikmu, melakukan ibadah malam seperti kamu. Tapi mereka adalah orang-orang yang jika mereka sendiri melanggar apa yang dilarang oleh Allah. "(H.R Ibnu Majah).
Tujuan untuk menjadi ikhlas adalah mencari keridhaan Allah, bukan keridhoan manusia. Jadi, mereka selalu memperbaiki diri dan terus melakukan perbuatan baik, baik dalam kondisi mereka sendiri atau ramai, dilihat oleh orang atau tidak, mendapat pujian atau celaan. Karena mereka percaya bahwa Allah melihat setiap perbuatan baik dan buruk, sekecil apa pun.
3. Dalam dakwah, akan terlihat bahwa seorang da'i yang tulus akan merasa bahagia jika kebaikan direalisasikan di tangan sesama da'i, karena ia juga merasa senang jika dilakukan dengan tangannya.
Para da'i yang tulus akan menyadari kelemahan dan kekurangan mereka. Karena itu mereka selalu membangun amal jama'i dalam dakwah mereka. Selalu menyalakan syuro dan memperkuat perangkat dan sistem dakwah. Berdakwah untuk kemuliaan Islam, bukan untuk mendapatkan popularitas dan meningkatkan diri mereka sendiri atau institusi mereka.
4. Tidak mencari popularitas diri dan tidak menonjolkan diri sendiri
5. Tidak silau dan cinta jabatan
6. Tidak diperbudak dengan imbalan dan balasan.
7. Tidak mudah kecewa.
8. Yang terakhir adalah jika Anda keras dalam menghafal Al-Qur'an, maka Anda termasuk orang-orang yang tulus dan jujur dan benar-benar Allah akan selalu membantu perjuangan Anda.
Semoga delapan karakteristik orang yang tulus dalam beribadah ada di dalam diri kita sebagai seorang Muslim. Sehingga segala yang kita lakukan adalah ibadah yang hanya dimaksudkan untuk mendapatkan keridhoan Allah.